Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi RI Diprediksi Jawara se-Asia Saat The Fed Turunkan Suku Bunga

Obligasi Indonesia diprediksi unggul di Asia saat The Fed turunkan suku bunga, didukung imbal hasil tinggi dan potensi pelonggaran moneter oleh Bank Indonesia.
Anak-anak bermain dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (6/8/2025). JIBI/Bisnis/Abdurachman
Anak-anak bermain dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (6/8/2025). JIBI/Bisnis/Abdurachman
Ringkasan Berita
  • Obligasi Indonesia diprediksi menjadi yang paling diuntungkan di Asia karena ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed, dengan yield tertinggi di kawasan ini.
  • Pelemahan dolar AS diharapkan mendorong penguatan rupiah dan menurunkan imbal hasil obligasi Indonesia lebih jauh, dengan korelasi tinggi antara pergerakan dolar AS-rupiah dan imbal hasil obligasi Indonesia.
  • Bank Indonesia memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut, didukung oleh penguatan rupiah dan siklus pelonggaran moneter The Fed, meskipun ada tekanan dari ekspektasi defisit fiskal yang lebih lebar.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Aset obligasi Indonesia diperkirakan menjadi yang paling diuntungkan di kawasan Asia seiring dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga AS oleh Federal Reserve (The Fed).

Tentunya, pelonggaran moneter di AS akan menguntungkan aset di negara berkembang secara keseluruhan. Namun, surat utang berdenominasi rupiah diprediksi akan mencetak kinerja paling gemilang karena saat ini menawarkan imbal hasil tertinggi di Asia.

Saat ini yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun kian turun mendekati 6,5%.

Sebagai salah satu bank sentral yang menjadikan stabilitas nilai tukar sebagai mandat utama, Bank Indonesia juga memiliki ruang untuk memanfaatkan pelemahan dolar AS guna melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut tanpa memicu pelemahan nilai tukar.

Manajer Portofolio GAMA Asset Management Rajeev De Mello mengatakan obligasi berdenominasi mata uang lokal di Asia, khususnya Indonesia, berada dalam posisi yang sangat diuntungkan dalam skenario pelemahan dolar.

"Indonesia menjadi alokasi yang signifikan dalam posisi kami di obligasi pasar negara berkembang berdenominasi mata uang lokal," kata De Mello, dikutip Bloomberg, Kamis (7/8/2025).

Adapun, pelemahan greenback akan mendorong penguatan rupiah dan menurunkan imbal hasil obligasi Indonesia lebih jauh. Hal ini terjadi karena pergerakan pasangan dolar AS-rupiah semakin paralel dengan imbal hasil obligasi Indonesia bertenor 10 tahun, dengan korelasi 30 hari antara keduanya saat ini berada pada level tertinggi sejak Juli 2024.

Data Bloomberg menunjukkan imbal hasil obligasi Indonesia bertenor 10 tahun sudah turun sembilan basis poin pada Senin (4/8/2025), menjadi penurunan terbesar di antara negara-negara berkembang di Asia.

Penurunan ini terjadi setelah imbal hasil obligasi AS dengan tenor yang sama juga melemah pada Jumat (1/8/2025), saat data ketenagakerjaan yang lebih lemah dari perkiraan meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga The Fed bulan depan.

Obligasi rupiah menjadi semakin sensitif terhadap kenaikan imbal hasil Treasury AS juga karena selisih suku bunga yang menyempit. Selisih imbal hasil antara obligasi Indonesia dan AS bertenor 10 tahun berada di kisaran 220 basis poin, sekitar 1,1 deviasi standar di bawah rata-rata lima tahun terakhir.

"Reli obligasi rupiah bisa terjadi, tetapi membutuhkan obligasi Treasury AS sebagai pemicunya," tulis para ahli strategi dari Goldman Sachs Group Inc., termasuk Danny Suwanapruti dan Xinquan Chen, dalam sebuah catatan.

Meskipun ekspektasi atas defisit fiskal yang lebih lebar masih menjadi tekanan bagi obligasi Indonesia, harapan terhadap pemangkasan suku bunga BI dapat membantu meredam sebagian kekhawatiran tersebut.

Penguatan rupiah pada Agustus, setelah mengalami penurunan terbesar sejak Februari pada bulan sebelumnya, juga membuka jalan bagi BI untuk menurunkan suku bunga ke depannya.

Gubernur BI Perry Warjiyo pekan lalu menegaskan kembali bahwa bank sentral masih melihat ruang untuk menurunkan suku bunga, setelah memangkas suku bunga acuan sebesar total 75 basis poin sepanjang tahun ini.

De Mello melihat siklus pelonggaran moneter oleh The Fed juga akan memberikan fleksibilitas kebijakan bagi BI untuk melakukan hal yang sama.

"Kami memperkirakan setidaknya akan ada dua kali pemangkasan suku bunga BI sebesar 25 basis poin lagi sebelum akhir tahun," katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro