Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia disebut mendapat permintaan tinggi untuk emisi obligasi global berdenominasi dolar Australia atau Kangaroo Bond pertamanya. Adapun, dalam waktu dekat pemerintah RI akan menerbitkan obligasi kanguru ini sebagai upaya diversifikasi sumber pembiayaan.
Sumber yang mengerti proses itu mengatakan Indonesia menarik minat hampir 8 miliar dolar Australia atau setara dengan US$5,2 miliar untuk surat utang bertenor lima dan sepuluh tahun.
"Nilai penerbitan diperkirakan akan dibatasi pada 800 juta dolar Australia," kata para sumber yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena membahas informasi bersifat privat, dikutip Bloomberg pada Kamis (7/8/2025).
Adapun, pemerintah diperkirakan akan menetapkan harga Kangaroo Bond tersebut pada hari ini, Kamis (7/8/2025).
Emisi obligasi berdenominasi dolar Australia ini merupakan penawaran langka dari pemerintah asing di pasar utang mata uang lokal Australia. Emisi dari Indonesia ini menyusul penerbitan perdana obligasi berdenominasi dolar Australia oleh Korea Selatan pada bulan Desember 2024.
Philip McNicholas, ahli strategi sovereign Asia di Robeco, juga melihat minat pasar untuk Kangaroo Bond dari Indonesia cukup besar.
"Semoga ini menjadi awal dari pembentukan kurva imbal hasil, karena hal ini akan menambah variasi di segmen sovereign dan SSA di pasar Australia," kata McNicholas.
Pasar surat utang mata uang lokal Australia untuk penerbit asing terus berkembang belakangan ini, seiring dengan derasnya aliran dana dari investor Asia ke penerbitan obligasi di sana.
Data Bloomberg menunjukkan penjualan obligasi Kangaroo mencetak rekor pada paruh pertama tahun ini, dengan nilai mencapai 39 miliar dolar Australia.
Martin Whetton, kepala strategi pasar keuangan di Westpac Banking Corp., berpendapat transaksi utang negara baru-baru ini kemungkinan didorong oleh kebutuhan untuk mengakumulasi cadangan devisa dalam bentuk dolar Australia.
Dia menyebut salah satu motivasi potensial bagi negara seperti Indonesia adalah bahwa komponen dolar Australia menarik minat pembeli obligasi pasar berkembang, terutama saat risiko tarif terhadap banyak negara atau mata uang Asia sedang tinggi.
"Sementara itu, Australia dan dolar Australia tidak menghadapi risiko serupa, sehingga memegang obligasi dari Indonesia dalam mata uang negara maju menjadi terlihat menarik," kata Whetton.
Sebelumnya pada Mei, Indonesia sudah menerbitkan obligasi Samurai multi-tranche senilai 103,2 miliar yen atau setara dengan US$699 juta. Saat itu, Kementerian Keuangan juga sudah menyampaikan bakal menerbitkan obligasi dim sum berdenominasi yuan di pasar luar negeri pada akhir tahun ini.