Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya mendarat di atas level 5.000. Sayangnya, sejumlah hal dinilai masih akan menahan penguatan indeks.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah tergelincir dari penguatannya dan ditutup terdepresiasi tipis terhadap dolar AS ketika greenback tengah loyo.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Senin (8/6/2020):
IHSG Berakhir di Level 5.070, Sektor Finansial dan Properti Paling Moncer
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup di level 5.070,56 dengan lonjakan 2,48 persen atau 122,78 poin. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG konsisten bergerak positif dalam kisaran 4.947,89 – 5.103,09.
Seluruh 10 sektor pada IHSG ditutup di wilayah positif, dipimpin finansial (+4,46 persen), pertanian (3,82 persen), dan properti (2,91 persen).
Baca Juga
Tercatat 303 saham menguat, 139 saham melemah, dan 147 saham berakhir stagnan. Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang masing-masing naik 6,1 persen dan 3,1 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG.
Hai Investor, Tetap Hati-Hati Saat IHSG Reli!
Head of Research MNC Sekuritas Thendra Chrisnanda mengatakan penguatan yang terjadi selama dua pekan terakhir cukup tinggi dan potensi penguatan IHSG dinilai sudah relatif terbatas di level 5.100.
Pasalnya, kata Thendra, peningkatan IHSG lebih disebabkan oleh faktor likuiditas bukan faktor fundamental atau lainnya, sehingga kondisi tersebut akan dibatasi oleh relatif jenuh belinya atau overbought saat ini.
“Dimana kami meninilai risk lebih besar dari reward,” katanya kepada Bisnis.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mampu memangkas sebagian besar pelemahannya hari ini dan berakhir di level Rp13.885 per dolar AS dengan depresiasi tipis 8 poin atau 0,05 persen dari level penutupan sebelumnya.
Pada perdagangan Jumat (5/6/2020), rupiah ditutup di level Rp13.877 per dolar AS dengan penguatan tajam 217 poin atau 1,54 persen. Sepanjang perdagangan Senin, rupiah bergerak di kisaran level 13.872 – 13.986.
Seiring dengan pergerakan rupiah, indeks dolar AS turun 0,10 persen atau 0,098 poin ke posisi 96,839. Dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama, menuju rangkaian penurunan beruntun terpanjang sejak 2011.
Investor Buru Aset Berisiko, Dolar AS Jadi Loyo
Dolar AS memperpanjang tren pelemahannya didorong data pekerjaan AS dan angka ekspor China yang menjadi sinyal pemulihan ekonomi setelah tertekan pandemi Covid-19.
Trader Valas INTL FCStone Singapura Mingze Wu mengatakan bahwa pemulihan berbentuk ‘v shape’ yang terlihat di Nasdaq telah meningkatkan kepercayaan diri investor bahwa pasar akan segera menguat kembali ke level sebelum pandemi Covid-19 mencuat.
Selain itu, data tenaga kerja AS yang secara mengejutkan menunjukkan perbaikan juga telah mendorong dolar AS semakin dijauhi oleh investor.
Harga Batu Bara Diprediksi Mentok di Level US$60
Harga rata-rata batu bara diperkirakan hanya mencapai US$50 sampai US$60 per ton hingga akhir 2020 mendatang.
Analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan harga batu bara tahun ini secara konsolidasian akan bergerak di level US$50 sampai US$60 per ton. Sementara itu untuk jangka pendek level maksimal mencapai titik US$70 per ton.
Adapun pada sepanjang pekan ini harga batu bara diestimasi bergerak di rentang US$52 sampai dengan US$60 per ton. Hari ini, Senin (8/6/2020) bara diperdagangkan di level US$56,20 per ton.
Harga emas Comex untuk kontrak Agustus 2020 terpantau naik tajam 12,90 poin atau 0,77 persen ke level US$1.695,90 per troy ounce pukul 19.41 WIB.
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta stagnan di Rp876.000 per gram.
Harga pembelian kembali atau buyback emas ikut bertahan di Rp762.000 per gram atau tak mengalami perubahan dari harga sebelumnya.