Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Buru Aset Berisiko, Dolar AS Jadi Loyo

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (8/6/2020) hingga pukul 17.00 WIB, indeks dolar As yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,1 persen ke level 96,843. Pelemahan tersebut pun melanjutkan tren koreksi yang terjadi selama 6 hari berturut-turut.
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS memperpanjang tren pelemahannya didorong data pekerjaan AS dan angka ekspor China yang menjadi sinyal pemulihan ekonomi setelah tertekan pandemi Covid-19.

Trader Valas INTL FCStone Singapura Mingze Wu mengatakan bahwa pemulihan berbentuk ‘v shape’ yang terlihat di Nasdaq telah meningkatkan kepercayaan diri investor bahwa pasar akan segera menguat kembali ke level sebelum pandemi Covid-19 mencuat.

Selain itu, data tenaga kerja AS yang secara mengejutkan menunjukkan perbaikan juga telah mendorong dolar AS semakin dijauhi oleh investor. Untuk diketahui, Data nonfarm payrolls (NFP) AS meningkat menjadi 2,5 juta pada periode Mei 2020, berbanding terbalik dengan proyeksi analis yang memperkirakan adanya penurunan.

Realisasi itu juga jauh lebih baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang setelah jatuh ke level 20,7 juta.

Sementara itu, angka pengangguran turun menjadi 13,3 persen pada periode Mei 2020, dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 14,7 persen. Walaupun masih terbilang tinggi, pelaku pasar sangat antusias karena hal itu menandakan pemulihan ekonomi.

“Tren selera mengumpulkan aset berisiko masih sangat bullish,” ujar Wu seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (8/6/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (8/6/2020) hingga pukul 17.00 WIB, indeks dolar As yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,1 persen ke level 96,843.

Pelemahan tersebut pun melanjutkan tren koreksi yang terjadi pada greenback selama 6 hari berturut-turut. Namun, spanjang tahun berjalan 2020, indeks dolar AS masih bergerak menguat 0,69 persen.

Di antara mata uang utama, dolar AS paling lemah melawan mata uang krona Swedia yang berhasil menguat 0,4 persen menghadapi greenback. Kemudian, diikuti oleh krone Norwegia yang naik 0,3 persen, dan yen yang naik 0,2 persen.

Senada, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa isu yang menjadi pusat perhatian pasar saat ini adalah pembukaan kembali ekonomi yang diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi global di tengah pandemi Covid-19.

Sentimen itu sangat positif dan mendorong pelaku pasar mulai mengalihkan asetnya ke aset yang lebih berisiko untuk memanfaat peluang kenaikan imbal hasil di aset berisiko. Hal itu pun pada akhirnya membuat aset safe haven seperti dolar AS ditinggalkan.

Padahal, pada medio Maret 2020 dolar AS sempat menjadi aset primadona karena kepanikan investor atas kekurangan likuiditas di tengah anjloknya semua aset termasuk emas sekalipun. Indeks dolar AS sempat melonjak hingga menyentuh 102,81, level tertinggi sejak awal 2017.

“Sementara ini, dolar AS memang sedang tertekan. Ini mungkin bakal bertahan bila data-data ekonomi mengkonfirmasi pulihnya ekonomi setelah pembukaan lockdown,” ujar Ariston kepada Bisnis, Senin (8/6/2020).

Di sisi lain, Ariston menjelaskan bahwa pasar masih mewaspadai isu negatif seperti penyebaran Covid-19 gelombang kedua karena pembukaan lockdown dan potensi perang dagang terutama antara AS dan China yang bisa memicu pasar kembali ke dolar AS sebagai aset aman.

Dengan demikian, potensi dolar AS kembali diminati menjadi aset primadona tahun ini pun masih tersedia di pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper