Bisnis.com, JAKARTA — Setelah lebih dari dua bulan terpuruk, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya perlahan bangkit dan mulai menembus level psikologis 5.000. Sayangnya, sejumlah hal masih menahan penguatan indeks ke depan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG ditutup di level 5.070,56 dengan lonjakan 2,48 persen atau 122,78 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Jumat (5/6/2020), IHSG berakhir di level 4.947,78 dengan penguatan 0,63 persen atau 31,07 poin.
Reli indeks mulai berlanjut pada Senin dengan langsung naik tajam 1,06 persen atau 52,58 poin ke level 5.000,36 pukul 09.00 WIB. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG konsisten bergerak positif dalam kisaran 4.947,89 – 5.103,09.
Seluruh 10 sektor pada IHSG ditutup di wilayah positif, dipimpin finansial (+4,46 persen), pertanian (3,82 persen), dan properti (2,91 persen).
Tercatat 303 saham menguat, 139 saham melemah, dan 147 saham berakhir stagnan. Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang masing-masing naik 6,1 persen dan 3,1 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG.
Sementara itu, saham PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) terpantau menjadi incaran utama investor asing dengan nilai net buy atau beli bersih Rp71,49 miliar, disusul saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dengan net buy Rp68,75 miliar.
Baca Juga
Head of Research MNC Sekuritas Thendra Chrisnanda mengatakan penguatan yang terjadi selama dua pekan terakhir cukup tinggi dan potensi penguatan IHSG dinilai sudah relatif terbatas di level 5.100.
Pasalnya, kata Thendra, peningkatan IHSG lebih disebabkan oleh faktor likuiditas bukan faktor fundamental atau lainnya, sehingga kondisi tersebut akan dibatasi oleh relatif jenuh belinya atau overbought saat ini.
“Dimana kami meninilai risk lebih besar dari reward,” katanya kepada Bisnis, Senin (8/6/2020).
Lebih lanjut, IHSG sangat rentan terhadap aksi profit taking. Selain itu Estimasi pendapatan emiten-emiten pada kuartal II/2020 yang diprediksi masih akan buruk dapat menjadi faktor pembeban pergerakan IHSG ke depan.
“Selain itu kami mencermati juga potensi meningkatnya kembali ketegangan geopolitik dan ancaman atas gelombang kedua Covid-19,” imbuhnya.
Adapun MNC Sekuritas merekomendasikan investor untuk sell on strength dengan peningkatan yang saat ini terjadi. Investor juga sebaiknya dapat bijak menjaga level cash untuk antisipasi pembalikan arah.