Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Asia berhasil bangkit menguat pada perdagangan pagi ini, Kamis (23/4/2020), mengikuti rebound bursa Wall Street Amerika Serikat (AS), di tengah tanda-tanda meredanya wabah penyakit virus corona (Covid-19).
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix Jepang menguat 0,7 persen pukul 9.11 pagi waktu Tokyo, indeks Kospi Korea Selatan bertambah 0,5 persen, dan indeks S&P/ASX 200 Australia menanjak 0,7 persen.
Pada perdagangan Rabu (22/4/2020), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menanjak 1,99 persen ke level 23.475,82, indeks S&P 500 500 melonjak 2,29 persen ke level 2.799,31, dan indeks Nasdaq Composite berakhir naik tajam 2,81 persen ke level 8.495,38.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa dia mengantisipasi sebagian besar aktivitas perekonomian akan dimulai kembali pada akhir Agustus. Angka kematian di New York akibat Covid-19 tercatat mencapai laju terendahnya sejak awal April.
Sementara itu, para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS bersiap untuk kembali meloloskan paket stimulus lebih lanjut pada Kamis waktu setempat.
“Agar pemulihan ini berkelanjutan, kita benar-benar perlu melihat jumlah kasus [infeksi virus corona] menurun dan ekonomi dibuka kembali secara bertahap,” ujar Wey Fook Hou, kepala investasi di DBS Group, seperti dilansir melalui Bloomberg.
Di pasar komoditas, harga minyak berjangka bergerak ke posisi lebih tinggi setelah turun gila-gilaan pada awal pekan ini. Minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Juni naik 4,6 persen ke level US$14.40 per barel.
Presiden AS Donald Trump memerintahkan Angkatan Laut AS untuk menghancurkan kapal perang Iran yang mengganggu kapal-kapal Amerika di laut.
Pada umumnya investor terus mencermati dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi global dan profitabilitas perusahaan. Saham Chipotle Mexican Grill naik setelah melaporkan penjualan yang melampaui estimasi, sedangkan saham perusahaan semikonduktor Texas Instruments menguat karena hasil yang solid.
Di sisi lain, Heineken NV membatalkan dividen interimnya, sementara perusahaan barang mewah Kering memperkirakan tiadanya pemulihan di AS ataupun Eropa setidaknya sebelum Juni atau Juli setelah penjualan untuk merek andalannya, Gucci, anjlok.
Investor selanjutnya menantikan hasil China Life dan Ping An Insurance, yang mungkin akan melaporkan penurunan tajam dalam bisnis baru pada kuartal I/2020 akibat dampak lockdown terhadap penjualan.