Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Big Caps Berguguran, Sudah Waktunya Cicil Beli?

Harga saham tiga emiten berkapitalisasi pasar jumbo sudah terkoreksi lebih dari 20 persen dalam periode tahun berjalan.
Pengunjung mengamati layar monitor yang menampilkan perdagangan harga saham di lantai PT Bursa efek Indonesia di Jakarta, Jumat (13/3). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) resmi disuspensi setelah 15 menit perdagangan dimulai. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di 4.650,58 melemah 5,01 persen atau 245,17 poin./Dedi Gunawan
Pengunjung mengamati layar monitor yang menampilkan perdagangan harga saham di lantai PT Bursa efek Indonesia di Jakarta, Jumat (13/3). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) resmi disuspensi setelah 15 menit perdagangan dimulai. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di 4.650,58 melemah 5,01 persen atau 245,17 poin./Dedi Gunawan

Bisnis.com,JAKARTA - Saham-saham berkapitalisasi jumbo atau big caps turut berguguran seiring dengan kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dengan koreksi harga yang tajam, apakah sudah waktunya bagi investor untuk cicil beli saham big caps?

IHSG kembali tersungkur 233,908 poin atau 4,99 persen ke level 4.456,749 pada perdagangan, Selasa (17/3/2020). Pelemahan itu melanjutkan tren negatif indeks yang telah mengalami koreksi 29,25 persen untuk periode berjalan 2020.

Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) harus dihentikan selama 30 menit, setelah IHSG terkoreksi 5,00 persen atau 234,558 poin ke level 4.456,099 pada, Selasa (17/3/2020), pukul 15:02 waktu JATS.

Tiga saham big caps dengan kapitalisasi di atas  Rp100 triliun menjadi penekan utama IHSG. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Astra International Tbk. (ASII), dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) tercatat masing-masing mengalami koreksi 6,99 persen, 6,97 persen, dan 6,96 persen.

Harga saham BBCA harus terkoreksi 1.925 poin ke level Rp25.600. Investor asing tercatat membukukan jual bersih atau net sell senilai Rp398,51 miliar.Untuk periode berjalan 2020, saham BBCA telah mengalami koreksi 23,41 persen. Total kapitalisasi pasar yang dimiliki senilai Rp631,17 triliun.

Sementara itu, saham ASII tersungkur 320 poin ke level Rp4.270, level terendah dalam rentang lima tahun terakhir. Namun, investor asing masih membukukan net buy Rp130,26 miliar hingga periode tahun berjalan. Total kapitalisasi pasar yang dimiliki saat ini senilai Rp172,86 triliun.

Dari keluarga pelat merah, saham TLKM tercatat mengalami koreksi 220 poin ke level Rp2.940. Pergerakan emiten telekomunikasi itu telah mengalami koreksi sebesar 25,94 persen sepanjang periode berjalan 2020.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan saat ini investor asing masih terus menjual saham-saham di Indonesia. Kondisi itu disebabkan ketidakpastian oleh pandemik virus corona (Covid-19).

“Saat ini pasar masih belum dapat melihat titik terang dari pandemik ini hal ini yg menyebabkan belum redanya sell off yang dilakukan,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (17/3/2020).

Kendati demikian, Frankie menyebut aksi sell off membuat banyak harga saham mengalami penurunan, tidak terkecuali jajaran big caps. Dengan demikian, terdapat sejumlah emiten berkapitalisasi jumbo yang menurutnya kini memiliki valuasi menarik.

“Beberapa emiten big caps yang menarik yakni BBRI, BBNI, ASII, dan ICBP,” tuturnya.

Dia mengatakan potensi downside risk memang masih terbuka. Saat ini, cukup sulit untuk mengetahui kapan entry point ke saham-saham berkapitalisasi jumbo.

Namun, Frankie menyebut terdapat langkah terbaik yang dapat dilakukan investor. Menurutnya, saat ini menjadi momentum untuk membeli dengan cara akumulasi atau mencicil saham perusahaan yang bagus saat ini dan telah terdiskon pasar.

Secara terpisah, Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan maraknya aksi jual investor lebih disebabkan oleh sentimen global. Pasalnya, pandemik corona digadang-gadang dapat memperbesar risiko krisis ekonomi global.

“Otomatis investor sontak berperilaku risk off atau menghindari risiko,” tuturnya.

Lanjar mengatakan saat ini sulit untuk menentukan entry point bagi investor. Menurutnya, potensi pelemahan IHSG masih berlanjut hingga 20 persen lebih rendah.

Dia menyarankan agar pemerintah dan regulator terus menahan aksi jual investor. Strategi yang dapat ditempuh dengan stimulus maupun pembatasan penjualan saham yang berlebihan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper