Bisnis.com, JAKARTA – IHSG terus terperosok jauh di bawah level 5.600 pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (27/2/2020), meskipun pemerintah menggelontorkan stimulus ke berbagai sektor yang terdampak wabah virus corona (Covid-19).
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 2,69 persen atau 153,23 poin ke level 5.535,69 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Rabu (26/2/2020), IHSG mengakhiri pergerakannya di level 5.688,92 dengan kemerosotan 1,70 persen atau 98,22 poin, penurunan hari keempat berturut-turut sejak perdagangan 21 Februari.
Indeks mulai melanjutkan pelemahannya pada Kamis (27/2) pagi dengan dibuka terkoreksi 0,15 persen atau 8,48 poin di posisi 5.680,44. Sepanjang hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 5.526,82-5.684,29.
Seluruh 9 sektor menetap di wilayah negatif pada akhri perdagangan hari ini, didorong oleh sektor finansial yang anjlok 3,94 persen dan barang konsumsi yang turun 2,36 persen.
Dari 682 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 77 saham menguat, 334 saham melemah, dan 271 saham stagnan.
Baca Juga
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang masing-masing turun 7,81 persen dan 2,02 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG hari ini.
Keputusan pemerintah mengalokasikan anggaran Rp10,3 triliun untuk stimulus menghadapi dampak ekonomi virus corona dinilai belum berhasil mendorong IHSG.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan pemerintah sebaiknya memberikan stimulus yang dapat menggenjot pertumbuhan konsumsi dan sejumlah sektor yang memiliki potensi besar. Ia mencontohkan industri manufaktur dan pariwisata perlu menjadi perhatian pemerintah untuk mendapatkan insentif.
“Sektor-sektor ini nantinya akan membantu kemampuan pemerintah dalam berekspansi,” ujarnya.
Di sisi lain, ada pula yang berpendapat langkah stimulus yang dilancarkan pemerintah sudah berada di jalur yang tepat. Namun, dampak pemberian stimulus terhadap kinerja pasar modal belum akan terlihat dalam waktu dekat.
Menurut Analis BNI Sekuritas William Siregar, paket insentif senilai Rp10,3 triliun untuk mendongkrak ekonomi domestik dinilai tepat karena menjadi langkah antisipasi dari merebaknya wabah virus corona atau Covid-19.
William mengatakan insentif ini seharusnya dapat membantu meredakan dampak sistemik dari wabah corona. Dengan demikian, akan memberikan dampak positif bagi lini usaha karena dapat mengantisipasi penurunan risiko ekonomi.
"Hanya saja memang butuh waktu untuk melihat dampaknya secara langsung pada pergerakan indeks. Pelaku pasar harus bersabar sambil mengamati kemungkinan yang ada," terang William, saat dihubungi Bisnis (Rabu, 26/2/2020).
Menurut data terbaru World Health Organization (WHO), virus corona telah menewaskan lebih dari 2.800 orang dan menginfeksi setidaknya 82.000 orang di seluruh dunia. Sementara itu, semakin banyak negara yang mengonfirmasikan kasus virus corona.
Penyebaran virus corona yang meluas diyakini akan melukai pertumbuhan ekonomi global sehingga investor semakin menjauhkan diri dari aset-aset berisiko seperti saham.
Di negara lainnya di Asia, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang anjlok masing-masing 2,37 persen dan 2,13 persen. Adapun indeks Kospi ditutup melemah 1,05 persen.
Di sisi lain, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 menguat 0,11 persen dan 0,29 persen, masing-masing, sedangkan indeks Hang Seng ditutup menguat 0,52 persen.
Dilansir Bloomberg, investor asing mencatat aksi jual bersih saham rata-rata 6,1 miliar yuan (US$870 juta) dari Senin hingga Kamis. Di Korea net sell asing menyentuh level US$868 juta, level tertinggi sejak Juni 2013.
"Investor asing menarik diri dari pasar negara berkembang karena mereka khawatir tentang gangguan rantai pasokan akibat virus corona," kata Harris Liao, kepala investasi di Concord Securities Co., seperti dikutip Bloomberg.
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
BBRI | -7,81 |
BBCA | -2,02 |
BMRI | -3,92 |
MAYA | -19,75 |
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
IBST | +19,93 |
MDKA | +3,82 |
MIKA | +2,88 |
BNGA | +2,61 |
Sumber: Bloomberg