Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin terbenam di bawah level 6.000, sedangkan nilai tukar rupiah melemah tajam terhadap dolar AS di tengah meluasnya kekhawatiran seputar wabah virus corona.
Rata-rata indeks saham di Asia juga lanjut tertekan di wilayah negatif, setelah pasar ekuitas global pekan lalu membukukan pekan terburuknya sejak Agustus.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Senin (3/2/2020):
IHSG Melorot Hampir 1 Persen, CPIN & TLKM Penekan Utama
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melorot 0,94 persen atau 55,88 poin di level 5.884,17.
Seluruh sembilan sektor berakhir di wilayah negatif, dipimpin pertanian (-2,46 persen), industri dasar (-2,03 persen), dan infrastruktur (-1,85 persen).
Adapun dari 676 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 106 saham menguat, 312 saham melemah, dan 258 saham stagnan.
Saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang masing-masing turun 6,77 persen dan 1,58 persen menjadi penekan utama IHSG.
IHSG Masih Didera 'Demam' Corona, Saham Perbankan dan Rokok Diunggulkan
Virus Corona masih akan menjadi sentimen utama terhadap pergerakan indeks sepanjang Februari 2020.
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menuturkan dampak dari penyebaran virus Corona masih akan menjadi sentimen utama terhadap pergerakan indeks sepanjang Februari 2020. Wabah yang telah menyebar ke sejumlah negara di dunia ini telah mendorong panic selling dari investor di pasar saham, termasuk Indonesia.
“Investor semakin takut berinvestasi pada instrumen berisiko tinggi seperti saham,” katanya kepada Bisnis.com.
Bursa China Seret Saham Asia Melemah Lebih Lanjut
Bursa saham China terjerembab dan menyeret bursa Asia melemah lebih lanjut pada perdagangan hari ini, di tengah memburuknya wabah virus corona (coronavirus).
Jumlah total pasien terinfeksi wabah virus corona telah melewati angka 17.000 secara nasional sementara sedikitnya 360 orang meninggal di China hingga Senin (3/2/2020), menurut Komisi Kesehatan Nasional China.
Investor menghadapi lebih banyak gejolak setelah pasar ekuitas global pekan lalu membukukan pekan terburuknya sejak Agustus di tengah kekhawatiran atas goyahnya pertumbuhan akibat penyebaran virus tersebut.
Di sisi lain, pada Senin (3/2), People’s Bank of China (PBOC) atau Bank Rakyat China menginjeksi uang tunai ke dalam sistem keuangannya. Ini merupakan bagian dari serangkaian langkah untuk menopang pasar keuangan Negeri Tirai Bambu.
Pergerakan nilai tukar rupiah ditutup melemah 87 poin atau 0,64 persen di level Rp13.742 per dolar AS, setelah mampu terapresiasi tipis 2 poin dan berakhir di posisi 13.655 pada Jumat (31/1).
Menurut Qi Gao, analis Scotiabank, rupiah melemah di tengah aksi jual aset berisiko akibat meningkatnya penyebaran virus corona.
“Pelemahan rupiah bukan kejutan karena kekhawatiran yang sedang berlangsung terhadap novel coronavirus (2019-nCoV) dapat memicu aksi penghindaran risiko di seluruh wilayah dan memukul industri pariwisata Indonesia,” terangnya, seperti dikutip Bloomberg.
Ia memperkirakan rupiah akan diperdagangkan pada kisaran Rp13.600 dan Rp13.800 dalam waktu dekat.
Seiring dengan melemahnya nilai tukar rupiah, indeks dolar AS yang melacak pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama menguat 0,24 persen atau 0,238 poin ke posisi 97,628 pada pukul 15.52 WIB.
Terdampak Corona, Harga Komoditas Babak Belur Sepanjang Januari
Harga komoditas kompak bertengger di zona merah sepanjang Januari 2020. Pencapaian yang mengecewakan ini mengubur optimisme pasar yang pada awalnya berharap harga komoditas akan bergerak naik di awal tahun.
Sejak pertengahan Januari 2020, investor satu per satu hengkang dari pasar komoditas, mulai dari tembaga di London hingga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) di Malaysia. Pelaku pasar khawatir, pasar akan terpengaruh pelemahan ekonomi China sebagai dampak dari wabah virus Corona.
Walau harga komoditas ikut 'meriang' karena terseret sentimen virus corona, ke depannya harga komoditas diperkirakan bisa bangkit selama kuartal kedua 2020.
Harga emas Comex untuk kontrak April 2020 melemah 8,70 poin atau 0,55 persen ke level US$1.579,20 per troy ounce pukul 15.52 WIB.
Meski demikian, Senior Commodity Strategist Bank ANZ Daniel Hynes mengatakan bahwa emas akan terus bersinar di tengah kekhawatiran terhadap virus corona mengingat penyebaran wabah ini terus menjadi sentimen negatif bagi pasar komoditas.
“Aset safe haven mendapatkan permintaan yang kuat dalam beberapa perdagangan terakhir begitu juga ke depannya, karena investor terus keluar dari aset berisiko. Emas akan terus menguji level US$1.600 per troy ounce,” ujar Daniel dalam risetnya seperti dikutip dari Bloomberg,
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta turun Rp2.000 menjadi level Rp779.000 per gram. Adapun harga pembelian kembali atau buyback emas berkurang Rp1.000 menjadi Rp696.000 per gram.