1. Laba Kimia Farma (KAEF) Masih Tertekan di Semester I/2019
Laba PT Kimia Farma (Persero) Tbk. yang tertekan pada kuartal I/2019 masih berlanjut di semester I/2019. Laba emiten dengan kode saham KAEF ini, tertekan 68,57% pada semester I/2019, meski penjualan bersihnya tumbuh 18,78%.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2019 yang dirilis pada Jumat (30/8/2019), perusahaan farmasi itu mengantongi penjualan sebesar Rp4,52 triliun. Baca selengkapnya di sini
2. Obat Generik Berlogo Topang Penjualan Phapros (PEHA)
PT Phapros Tbk. mencatatkan kenaikan penjualan bersih 35,53% secara tahunan menjadi Rp552,11 miliar pada semester I/2019.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2019 di Bursa Efek Indonesia, segmen obat generik berlogo memberikan kontribusi terbesar yakni 53,10% terhadap penjualan. Baca selengkapnya di sini
3. LPKR Umumkan Laporan Keuangan Semester I/2019, Begini Uraiannya
Emiten properti berkode LPKR, PT Lippo Karawaci Tbk. melaporkan total pendapatan perseroan selama semester pertama tahun ini sebesar Rp5,30 triliun atau setara dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu.
Perubahan triwulanan didorong oleh pertumbuhan pendapatan berulang yang kuat terutama dari segmen bisnis healthcare LPKR (PT Siloam Hospitals Tbk./SILO) yang diimbangi oleh penurunan dari segmen bisnis properti dari tahun lalu, baca selengkapnya di sini
4. Semester I/2019, Laba Phapros (PEHA) Turun 9,41%
PT Phapros Tbk. mencatatkan kenaikan penjualan bersih 35,53% pada semester I/2019. Meski demikian, laba emiten dengan kode saham PEHA ini turun 9,41% pada periode yang sama.
Dalam laporan keuangan per 30 Juni 2019 yang dirilis pada Jumat (30/8/2019), produsen Antimo itu mencatat penjualan Rp552,11 miliar. Baca selengkapnya di sini
5. Analis: Isu GCG Pergantian Direksi, Hindari Dulu Saham Bank BUMN
Kresna Sekuritas merekomendasikan investor untuk menghindari dulu saham-saham perbankan BUMN seiring dengan penolakan Dirut BBRI menjadi Dirut BBTN dari sejumlah pihak.
Kresna Sekuritas dalam laporannnya menuliskan, kemarin RUPSLB BBRI dan BBTN tidak berlangsung baik, setelah perubahan direksi ditolak olah dirut BBRI Suprajarto dan Serikat Kerja kedua perusahaan. Baca selengkapnya di sini