Bisnis.com, JAKARTA - Laba PT Kimia Farma (Persero) Tbk. yang tertekan pada kuartal I/2019 masih berlanjut di semester I/2019. Laba emiten dengan kode saham KAEF ini, tertekan 68,57% pada semester I/2019, meski penjualan bersihnya tumbuh 18,78%.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2019 yang dirilis pada Jumat (30/8/2019), perusahaan farmasi itu mengantongi penjualan sebesar Rp4,52 triliun. Perolehan di semester I/2019 itu tumbuh 18,78% dibandingkan dengan penjualan pada semester I/2018 sebesar Rp3,81 triliun.
Namun, beban pokok penjualan naik lebih tinggi sebesar 21,61% dari Rp2,36 triliun pada semester I/2018 menjadi Rp2,86 triliun pada semester I/2019.
Kenaikan lebih tinggi terjadi beban usaha sebesar 22,92%, dari Rp1,18 triliun pada semester I/2018 menjadi Rp1,45 triliun pada semester I/2019.
Perseroan juga mencatat beban keuangan senilai Rp224,63 miliar per 30 Juni 2019. Beban keuangan itu, naik 153,48% dibandingkan dengan beban keuangan per 30 Juni 2018 sebesar Rp88,62 miliar.
Sehingga, produsen kosmetik Venus itu mengantongi laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp47,75 miliar pada semester I/2019. Laba bersih itu turun 68,57% dibandingkan dengan semester I/2018 sebesar Rp151,92 miliar.
KAEF memiliki total aset per 30 Juni 2019 sebesar Rp16,80 triliun, naik 48,27% dibandingkan dengan total aset per 31 Desember 2018 sebesar Rp11,33 triliun. Adapun, total liabilitas sebesar Rp8,91 triliun, sedangkan total ekuitas senilai Rp7,89 triliun per 30 Juni 2019.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Keuangan Kimia Farma IG Ngurah Suharta menjelaskan, laba bersih perseroan yang tertekan pada semester I/2019 karena beberapa faktor.
Pertama, pengadaan obat oleh Kementerian Kesehatan melalui tender yang semula akan dilakukan di semester I/2019 bergeser ke semester II/2019. Kedua, beban bunga yang berasal dari pinjaman bank untuk akuisisi PT Phapros Tbk. pada kuartal I/2019 dan untuk pembukaan outlet baru.
"[Laba tertekan karena] tender dari pemerintah bergeser ke Oktober. Dan ada beban bunga terkait merger dan akuisisi," katanya.