Bisnis.com, JAKARTA – Emiten farmasi dari keluarga perusahaan pelat merah menghadapi jalan berliku untuk mencetak kinerja yang positif pada 2025. Strategi perampingan portofolio produk dinilai sebagai salah satu upaya efisiensi yang dapat ditempuh emiten farmasi.
Adapun sepanjang semester I/2025, PT Indofarma Tbk. (INAF) masih mencatatkan rugi sebesar Rp43,55 miliar. Sementara itu, PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) membukukan rugi bersih Rp102,17 miliar pada periode Januari–Maret 2025.
Di sisi lain, anak usaha Kimia Farma, PT Phapros Tbk. (PEHA) yang meraih laba Rp2,38 miliar pada paruh pertama tahun ini.
Analis MNC Sekuritas PIK Hijjah Marhama menilai upaya keluar dari jerat kerugian, harus dilakukan para emiten secara struktural. Salah satu upaya yang direkomendasikan analis adalah mengurangi portofolio produk para emiten.
"Emiten perlu melakukan efisiensi operasional, dengan memilih produk dengan margin yang paling tinggi," katanya kepada Bisnis, Rabu (13/8/2025).
Selain upaya perampingan portofolio, Rahma menilai bahwa perluasan jaringan ekspansi dengan sejumlah pemasok bahan baku obat dan pangsa pasar di luar negeri, dinilai akan membantu persaingan emiten-emiten farmasi pelat merah dengan emiten farmasi swasta.
Pasalnya, Rahma menilai, emiten seperti KLBF, SOHO, hingga PYFA lebih agresif dalam hal distribusi, inovasi, dan ekspansi. Persaingan dengan emiten swasta, perlu diikuti dengan restrukturisasi utang farmasi BUMN hingga perbaikan bottom line perusahaan.
"Untuk industri farmasi masih lesu dan perlu banyak perbaikan, yang mana pemulihannya mesti dibenahi secara struktural dulu dari manajemen perusahaan, efisiensi operasional, hingga restrukturisasi utang farmasi BUMN," katanya.
Tidak lupa, potensi penguatan BUMN farmasi dapat dijajaki dengan melakukan kemitraan strategis dengan rumah sakit pemerintah.
Di sektor ini, Rahma hanya merekomendasikan saham PEHA dengan target harga Rp350–Rp380 per saham. Target itu mencerminkan kenaikan 2,33% hingga 11,11% dari harga PEHA saat ini Rp342 per lembar.
“Secara pergerakan harga saham farmasi BUMN, masih cukup berhati-hati karena likuiditas rendah dan volatilitas yang tidak stabil," tambahnya.
Berdasarkan catatan Bisnis, upaya perampingan portofolio telah dilakukan oleh KAEF. Dua tahun silam, KAEF memiliki 1.200 stock keeping unit (SKU). Dalam rangka memangkas kerugian, kini KAEF hanya memiliki 578 SKU.
Direktur Utama Kimia Farma Djagad Prakasa Dwialam menerangkan, melalui upaya tersebut, sepanjang 2024, perseroan telah berhasil memangkas 50% rugi bersih yang membayangi KAEF sejak 2023.
Pemangkasan portofolio juga dilakukan oleh anak usahanya Phapros. Salah satu metode Phapros untuk menyudahi kerugian adalah merampingkan portofolio, dengan hanya fokus pada obat-obatan dengan margin yang tinggi.
Plt. Direktur Utama Phapros Ida Rahmi menerangkan, dari total 200 produk dengan izin edar yang dimiliki Phapros, perseroan hanya fokus pada penjualan terhadap 54 produk.
“Strategi ini berjalan baik, sehingga biaya riset, marketing, dan modal kerja menjadi lebih efisien dan efektif, yang berdampak langsung pada peningkatan EBITDA dan laba bersih PEHA di semester I tahun ini,” kata Ida dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (13/8/2025).