Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) bergerak menguat pada awal perdagangan Jumat (19/7/2019) setelah peringkat utang perseroan dikerek ke level B- oleh S&P Global Ratings.
Berdasarkan data Bloomberg, LPKR dibuka menguat 4 poin atau 1,44% ke level Rp282 per saham pada awal perdagangan hari ini hingga pukul 09.15 WIB.
Secara year-to-date saham LPKR telah menguat 15,29% ke level Rp278 per saham pada akhir perdagangan Kamis (18/7/2019). Namun, dalam 3 tahun, saham emiten properti keluarga Riady itu tergerus 45,4%.
Hingga kemarin, nilai kapitalisasi pasar LPKR berada di level Rp19,71 triliun.
Pada hari ini, Manajemen Lippo Karawaci mengumumkan bahwa S&P Global Ratings telah menaikkan peringkat kredit jangka panjang LPKR dari CCC + menjadi B-, dengan prospek stabil.
S&P juga menaikkan peringkat obligasi jangka panjang LPKR dari CCC + ke B-. Pada saat yang bersamaan, S&P juga telah menghapus peringkat LPKR dari Credit Watch.
Prospek stabil, tulis LPKR melalui siaran persnya, mencerminkan ekspektasi S&P bahwa perseroan akan memiliki likuiditas yang cukup serta arus kas yang memadai untuk jangka waktu 12 bulan—18 bulan ke depan, yang didukung oleh penawaran umum terbatas senilai US$787,50 juta serta rencana penjualan aset.
Baca Juga
Penjualan aset ritel Lippo Mal Puri, kata LPKR, berjalan dengan baik dan diharapkan akan rampung pada kuartal keempat tahun ini.
S&P memperkirakan penjualan aset ritel tersebut akan menghasilkan arus kas masuk bersih sekitar US$200 juta. Selain itu, S&P berharap supaya perseroan mengurangi jumlah utang sewajarnya.
John Riady, CEO LPKR, mengatakan bahwa peningkatan peringkat kredit ini merupakan penegasan atas perbaikan likuiditas LPKR secara signifikan sejak perseroan memulai rencana transformasi strategisnya.
“Kami percaya LPKR berada di jalur yang tepat, dan tidak akan puas dan berdiam diri. Tim manajemen bersama dengan saya akan fokus pada pencapaian target operasional dengan menyelesaikan proyek-proyek utama kami yang sedang berjalan dan akan meluncurkan proyek hunian baru, sambil memastikan untuk berhati-hati dalam belanja modal dan menjaga arus kas agar stabil,” ujarnya.