Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masuk Kuartal III/2025, MAMI: Obligasi Domestik Masih Potensial

Manulife Aset Manajemen Indonesia memperkirakan pasar obligasi domestik masih potensial di tengah ketidakpastian global memasuki paruh kedua 2025.
Pegawai mengamati layar transaksi obligasi di dealing room BNI, Jakarta, Rabu (21/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati layar transaksi obligasi di dealing room BNI, Jakarta, Rabu (21/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Manulife Aset Manajemen Indonesia atau MAMI memperkirakan di tengah ketidakpastian global memasuki paruh kedua tahun ini pasar obligasi domestik masih potensial ditopang oleh potensi penurunan BI Rate lebih lanjut.

Investment Specialist Manulife Aset Manajemen Dimas Ardhinugraha mengatakan selain potensi penurunan BI Rate dia juga memproyeksikan potensi stabilitas Rupiah seiring berlalunya periode pembayaran dividen pada kuartal II/2025.

Tak hanya itu, lanjutnya, ekspektasi iklim dollar AS yang lemah dapat mendorong minat investor global ke pasar negara berkembang untuk mencari yield menarik. 

Selain itu permintaan dari investor domestik diperkirakan menguat seiring dengan turunnya imbal hasil Sekuritas Rupiah Bank Indonesia SRBI yang membuat Surat Berharga Negara (SBN) lebih menarik.

"Banyaknya SRBI yang akan jatuh tempo pada kuartal III/2025 senilai Rp273 triliun, lebih tinggi dibandingkan Rp191 triliun pada kuartal II/2025 sehingga terdapat potensi reinvestasi peralihan ke SBN," terangnya melalui riset tertulis, Kamis (10/7/2025).

Dimas juga memperkirakan suplai obligasi diperkirakan tetap terjaga, walau defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2025 melebar, didukung oleh penggunaan Saldo Anggaran Lebih atau SAL oleh pemerintah yang berpotensi mengurangi kebutuhan penerbitan obligasi.

Sementara itu, sentimen di pasar saham diperkirakan masih akan dinamis. Setelah pesimisme mendominasi pada kuartal I/2025, terjadi perbaikan sentimen di kuartal kedua didukung oleh stabilitas Rupiah dan meredanya tekanan jual investor asing. 

Dia melanjutkan terlepas dari perubahan cepat sentimen pasar, sebenarnya valuasi pasar saham saat ini masih rendah, jadi sangat menarik sebagai entry point untuk investor. Di sisi lain, valuasi rendah juga mencerminkan pandangan pasar yang belum terlalu ‘yakin’ pada outlook jangka pendek pasar saham.

"Ke depan, berkurangnya ketidakpastian global dapat mengukuhkan outlook dan keyakinan investor terhadap pasar saham Indonesia, namun yang menjadi faktor terpenting adalah sinyal pemulihan pertumbuhan ekonomi domestik," imbuhnya.

Dia menyarankan di tengah dinamika pasar, salah satu solusi yang dapat dilakukan sebagai investor adalah diversifikasi di kedua kelas aset, mengambil benefit dari masing-masing karakteristik kelas aset tersebut.

  • Obligasi: sebagai penahan volatilitas portofolio sambil menantikan perkembangan negosiasi tarif kondisi geopolitik, dan di saat yang sama tetap menangkap potensi dari ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
  • Saham: momen harga saham yang rendah dapat dimanfaatkan untuk menangkap peluang investasi jangka panjang, dengan alokasi yang disesuaikan dengan profil risiko, tujuan dan horizon investasi investor
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper