Bisnis.com, JAKARTA — Emiten seperti WIFI hingga TOWR diketahui tengah melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue dengan nilai emisi jumbo. Lalu, apa saja yang harus dicermati investor saat akan mengikuti rights issue dari emiten-emiten tersebut?
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata menjelaskan secara umum, rights issue tetap memiliki daya tarik tersendiri bagi investor, terutama jika digunakan untuk tujuan yang jelas dan prospektif, seperti ekspansi bisnis, pelunasan utang, atau penguatan struktur modal.
“Namun, minat pasar terhadap rights issue sangat tergantung pada tiga hal utama yaitu kinerja dan prospek emiten, tujuan penggunaan dana, dan harga pelaksanaan yang ditawarkan,” ujar Liza, Senin (7/7/2025).
Liza mencermati, rights issue dari PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) maupun PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) dengan target emisi jumbo, menawarkan nilai dan daya tarik tersendiri, tergantung pada profil risiko dan tujuan investasi masing-masing investor.
Liza menjelaskan rights issue WIFI bisa menjadi menarik untuk investor dengan profil risiko tinggi yang mengincar pertumbuhan digital nasional, tetapi mengandung risiko eksekusi dan dilusi yang besar. Sementara itu, TOWR lebih cocok untuk investor yang mencari stabilitas dan pertumbuhan konservatif di sektor infrastruktur yang sudah matang.
Jika melihat dari sisi pertumbuhan dan ekspansi, menurut Liza rights issue WIFI bisa menjadi menarik bagi investor yang memiliki profil risiko moderat hingga agresif. Dana hasil rights issue akan digunakan untuk pembangunan jaringan FTTH ke 5 juta homepass di Pulau Jawa, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan internet cepat dan murah.
Baca Juga
Kolaborasi dengan ratusan ISP lokal serta dukungan mitra global seperti NTT East menambah kredibilitas dan potensi keberhasilan proyek ini.
Sebaliknya, kata dia, TOWR menawarkan pendekatan yang lebih konservatif dan defensif. Dana rights issue digunakan untuk memperkuat kepemilikan di entitas anak yang sudah matang, Protelindo, yang memberikan kontribusi stabil melalui pendapatan berulang dari bisnis penyewaan menara telekomunikasi.
“Secara umum, Kiwoom Research merekomendasikan untuk mencermati rights issue yang digunakan untuk ekspansi produktif dan memperkuat fundamental perusahaan, bukan sekadar pelunasan utang jangka pendek,” ucap Liza.
Liza juga menuturkan untuk investor ritel, penting untuk mengevaluasi potensi dilusi. Dia mencontohkan, pada rights issue yang dilakukan oleh WIFI, investor yang tidak ikut menebus HMETD, sahamnya berisiko terdilusi hingga 55,56%, artinya lebih dari separuh porsi kepemilikannya bisa hilang.
Sebaliknya, pada kasus TOWR, potensi dilusi hanya sekitar 13,91%, karena jumlah saham baru yang diterbitkan jauh lebih kecil secara proporsional.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan sejauh ini, penggunaan rights issue TOWR adalah untuk meningkatkan kepemilikan sahamnya di Protelindo.
Sementara itu, WIFI untuk memperkuat bisnis jaringan fiber optik. Dana rights issue ini nantinya juga akan digunakan untuk pembangunan jaringan 5G.
“Secara bisnis, saat ini WIFI terlihat jauh lebih menarik dengan ekspansi yang akan mereka lakukan,” tutur Nico.
Apalagi, lanjutnya, WIFI juga fokus melakukan ekspansi melalui rights issue ini untuk mempercepat ekspansi jaringan ke 5 juta rumah.
Selain itu, kata Nico, WIFI baru saja menerbitkan obligasi yang digunakan untuk sebagai modal kerja, pembiayaan multiguna, pembiayaan investasi, dan kegiatan usaha perseroan. Namun, tingkat Debt to Equity Ratio (DER) WIFI dibandingkan dengan saham peers-nya seperti EDGE yang memiliki layanan serupa dengan WIFI, EDGE memiliki DER yang lebih rendah.
“Namun, karena ada sosok Hashim Djojohadikusomo inilah yang membuatnya jauh lebih menarik. Oleh sebab itu, kami suka dengan saham WIFI, dibandingkan dengan TOWR,” tuturnya.
Adapun Nico menuturkan investor harus tetap memperhatikan tujuan dari dilakukannya rights issue tersebut dan bagaimana mekanisme di dalamnya untuk memilih saham-saham yang melakukan rights issue.
Sebagai informasi, baik WIFI maupun TOWR berencana melakukan rights issue dengan nilai emisi jumbo. WIFI mengincar dana sebesar Rp5,8 triliun, sementara TOWR menargetkan dana Rp5,4 triliun dari aksi rights issue ini.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.