Bisnis.com, JAKARTA — PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT) mendapat dukungan dari pemegang saham utama, yakni PT Rajawali Capital International (RCI) dan FIC Properties Sdn Bhd Malaysia (FICP), untuk penambahan kegiatan usaha industri minyak mentah inti kelapa sawit. Perseroan pun menyiapkan pengembangan pabrik kernel crushing plant (KCP) pada 2025.
Corporate Secretary BWPT Rizka Dewi menyampaikan pada 2025 perseroan akan mulai mengembangkan pabrik KCP dan perdagangan produknya, setelah mendapat restu rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Kamis (15/5/2025). Pemegang saham utama seperti RCI dan FICP, yang masing-masing memegang 37,70% saham dan 37% saham BWPT, mendukung ekspansi tersebut.
Kegiatan usaha baru BWPT yang disetujui RUPSLB ialah Industri Minyak Mentah Inti Kelapa Sawit (Crude Palm Kernel Oil) – (KBLI 2020 : 10432) dan Perdagangan Besar Minyak dan Lemak Nabati – (KBLI 2020 : 46315).
KCP adalah pabrik yang mengolah inti sawit (palm kernel) menjadi minyak inti sawit mentah (crude palm kernel oil/ CPKO) dan bungkil inti sawit (palm kernel meal/ PKM). BWPT akan mengembangkan pabrik KCP seluas 25.709 m2 di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
“Dengan penambahan kegiatan usaha baru yaitu pabrik KCP dan perdagangan, diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dari produk turunan inti sawit diolah menjadi CPKO. Tujuannya agar BWPT bisa melakukan diversifikasi pendapatan dan penetrasi pasar yang lebih luas,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (18/5/2025).
Pabrik KCP yang dibangun mulai tahun ini nantinya memiliki kapasitas pengolahan 200 ton per hari atau 60.000 ton per tahun. Hasil utama pabrik ialah CPKO dan PKM dengan rendemen masing-masing yang diasumsikan sebesar 45% dan 50% dari total produksi. Artinya, ekstraksinya lebih besar dibandingkan dengan minyak sawit mentah (CPO) yang berkisar 23%-24%.
Baca Juga
Ekspansi pabrik KCP, sambung Rizka Dewi, turut meningkatkan margin laba perseroan. Mengutip prospektus, margin laba kotor KCP mencapai 24% dan margin laba sebesar 13%. Rerata return on investment (ROI) mencapai 20,68%. Adapun, jumlah biaya investasi sebesar Rp139,26 miliar, yang berasal dari modal sendiri.
Pada 2025, BWPT menargetkan pertumbuhan kinerja dobel digit melalui strategi optimalisasi produktivitas kebun, efisiensi biaya, diversifikasi produk, dan penguatan aspek keberlanjutan. Pusat kegiatan operasional perusahaan berada di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua dengan total luas lahan perkebunan yang mencapai 87.000 hektare dan kapasitas pabrik kelapa sawit (PKS) sebesar 2,2 juta ton TBS per tahun.
Rizka Dewi menambahkan pihaknya juga berkomitmen dalam aspek keberlanjutan melalui implementasi praktik agribisnis yang peduli lingkungan, termasuk sertifikasi ISPO dan RSPO, pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab, serta program pengembangan masyarakat di sekitar kebun.
BWPT membukukan pendapatan usaha Rp1,27 triliun pada kuartal I/2025, naik 35,64% dari Rp943,36 miliar pada kuartal I/2024. Pendapatan perusahaan ditopang penjualan CPO senilai Rp1,11 trilun, inti kernel Rp147,46 miliar, dan tandan buah segar (TBS) Rp13,08 miliar.
Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp68,74 miliar per kuartal I/2025. Laba bersih tersebut naik 44,74% dari sebelumnya Rp47,49 miliar.