Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BWPT Pacu Produksi CPO, Operasikan Pabrik Baru

PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT) berpotensi memacu produksi CPO pada semester II/2025 sambil mengoperasikan pabrik baru.
Tangki penyimpanan CPO emiten perkebunan dan pengolahan sawit Grup Rajawali, PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT). Bisnis-Hafiyyan.
Tangki penyimpanan CPO emiten perkebunan dan pengolahan sawit Grup Rajawali, PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT). Bisnis-Hafiyyan.
Ringkasan Berita
  • BWPT berencana meningkatkan produksi dan penjualan crude palm oil (CPO) pada semester II/2025
  • Entitas Grup Rajawali itu mulai mengoperasikan pabrik baru di Kalimantan Timur yang memiliki kapasitas pengolahan 30 ton per jam.
  • Pada semester I/2025, BWPT mencatat peningkatan penjualan CPO sebesar 10% dan palm kernel (PK) sebesar 12%, serta peningkatan laba bersih 43,58% menjadi Rp171,88 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA— Emiten perkebunan PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT) berpotensi memacu produksi minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/ CPO) pada semester II/2025 dan mengoperasikan pabrik baru.

Corporate Secretary BWPT Rizka Dewi menyampaikan produksi CPO dan palm kernel (PK) pada semester II/2025 diperkirakan akan relatif stabil dan sejalan dengan capaian di semester I/2025. Namun, dari sisi volume penjualan, terdapat potensi peningkatan dibandingkan semester sebelumnya.

Penjualan CPO BWPT mencapai 171.453 ton per Juni 2025, naik 10% dibandingkan 156.086 pada semester I/2024. Volume penjualan PK juga meningkat 12% menjadi 27.261 ton.

“Kami harapkan penjualan CPO dan PK berpotensi meningkat pada semester II/2025 dibandingkan semester sebelumnya,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (8/8/2025).

BWPT, sambung Rizka Dewi, menilai harga tandan buah segar (TBS) dan CPO akan cenderung stabil pada semester II/2025. Permintaan dari pasar domestik masih cukup kuat, sedangkan pasokan tetap relatif terbatas. Hal ini menjadi faktor penyeimbang yang mendukung stabilitas harga CPO secara umum di pasar.

Pada paruh pertama 2025, kinerja BWPT juga didukung oleh peningkatan harga jual produknya. Harga CPO perseroan naik 20% menjadi Rp14.113 per kg, dan harga PK melonjak 93% menuju Rp11.895 per kg.

Menurut Rizka Dewi, tantangan utama yang dihadapi industri sawit saat ini adalah kondisi cuaca, khususnya di Kalimantan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan kondisi lahan yang basah sehingga mempersulit proses panen dan distribusi TBS dari kebun ke pabrik kelapa sawit (PKS).

Hal ini berbeda dengan kondisi perkebunan di Sumatera yang relatif lebih kering. Meskipun demikian, prospek industri sawit masih cukup baik dengan permintaan yang tetap terjaga dan dukungan dari pasar domestik dan internasional yang stabil.

Pusat kegiatan operasional BWPT berada di Sumatera, Kalimantan dan Papua dengan total luas lahan perkebunan 87.000 hektar. Kapasitas pabrik kelapa sawit mencapai 2,2 juta ton TBS per tahun.

Untuk menunjang operasional dalam jangka panjang, entitas Grup Rajawali tersebut telah menyelesaikan pengembangan PKS baru di Kalimantan Timur.

Rizka Dewi mengatakan PKS di Kaltim memiliki kapasitas pengolahan 30 ton per jam. Saat ini masih dalam tahap stabilisasi operasional dan diperkirakan membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk mencapai performa optimal.

“Jadi kontribusi PKS baru ke produksi semester II/2025 masih cenderung terbatas. Untuk semester II/2025 kami masih mengandalkan PKS yang sudah ada,” jelasnya.

Menurut Rizka Dewi, PKS baru menjadi salah satu faktor pendukung pertumbuhan perseroan ke depan. Setelah operasionalnya stabil, fasilitas tersebut akan menjadi penopang penting dalam efisiensi logistik dan peningkatan kapasitas olahan di wilayah Kalimantan Timur.

KINERJA KEUANGAN

Mengutip laporan keuangan BWPT, pendapatan usaha mencapai Rp2,77 triliun pada semester I/2025. Pendapatan tersebut meningkat 38,07% year-on-year (YoY) dari Rp2,012 triliun pada semester I/2024.

Berdasarkan produk, pendapatan BWPT per Juni 2025 berasal dari minyak kelapa sawit Rp2,41 triliun, inti kernel Rp324,04 miliar, dan tandan buah segar (TBS) Rp34,85 miliar. Penjualan produk tersebut meningkat dari perolehan pada semester I/2024, masing-masing senilai Rp1,84 triliun, Rp149,65 miliar, dan Rp20,61 miliar.

Beban pokok penjualan meningkat menjadi Rp1,99 triliun per Juni 2025 dari sebelumnya Rp1,41 triliun. Namun, BWPT masih menghimpun lonjakan laba bruto menjadi Rp780,14 miliar dari Rp596,06 miliar per Juni 2024.

Entitas Grup Rajawali tersebut menghimpun laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp171,88 miliar pada semester I/2025.

Laba bersih tersebut naik 43,58% dari sebelumnya Rp119,70 miliar. Laba per saham pun meningkat menjadi Rp5,52 dibandingkan Rp3,85 per Juni 2024.

Di sisi lain, BWPT meningkatkan ekuitas dan memangkas liabilitas per Juni 2025. Ekuitas mencapai Rp2,62 triliun pada semester I/2025, naik dari Rp2,45 triliun pada akhir tahun lalu.

Liabilitas BWPT berkurang menjadi Rp7 triliun dari sebelumnya Rp7,34 triliun. Total aset pada semester I/2025 pun mencapai Rp9,63 triliun.

CEO BWPT Henderi Djunaidi menyampaikan laba bersih BWPT pada semester I/2025 meningkat seiring dengan peningkatan volume penjualan CPO dan PK masing-masing sebesar 10% dan 12%. Hal ini menandakan pertumbuhan yang berkelanjutan dan sehat.

“Kinerja positif BWPT juga tercermin dari pertumbuhan EBITDA yang naik 29%, didorong oleh peningkatan efisiensi produksi dan strategi penjualan yang lebih baik,” paparnya dalam keterangan resmi, Jumat (1/8/2025)

Harga produk kelapa sawit yang relatif stabil turut mendukung kinerja perseroan. Strategi manajemen operasional juga berkontribusi besar terhadap hasil positif ini memanfaatkan momentum pasar.

Di sisi lain, beban bunga berhasil ditekan dan menurun 11% pada semester I/2025. Hal ini memberikan ruang tambahan bagi BWPT untuk memperkuat struktur keuangan dan mendukung pengembangan bisnis.

BWPT telah menyelesaikan kewajiban pembayaran Obligasi Tahap I 2024 secara tepat waktu dan lunas sesuai tenor. Mengutip keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia, BWPT melunasi obligasi tersebut senilai Rp61,84 miliar pada 21 Juli 2025.

Henderi menambahkan investasi jangka panjang BWPT berjalan sesuai rencana, dengan belanja modal (capex) yang direalisasikan tepat waktu. Ekspansi itu mencakup penyelesaian pabrik kelapa sawit (PKS) Bangkirai Mill di Kalimantan Timur yang telah selesai sesuai target.

“Ini menunjukkan komitmen kuat perseroan terhadap tata kelola keuangan yang sehat dan kepercayaan investor,” imbuhnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro