Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi fluktuatif namun akan ditutup melemah di rentang Rp16.390-Rp16.460 pada perdagangan hari ini, Rabu (12/3/2025).
Pada penutupan perdagangan Selasa (12/3), rupiah melemah 0,25% atau 41,5 poin ke level Rp16.408 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS juga melemah 0,39% ke posisi 103,49.
Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi dalam risetnya menjelaskan sentimen datang dari kebijakan proteksionis Presiden AS Donald Trump yang mengguncang pasar di seluruh dunia. Trump tercatat memberlakukan dan kemudian menunda tarif pada pemasok minyak terbesar negaranya, Kanada dan Meksiko, sementara juga menaikkan bea atas barang-barang China.
Di satu sisi, China dan Kanada telah menanggapi dengan tarif mereka sendiri. Selama akhir pekan, Trump mengatakan "periode transisi" bagi ekonomi kemungkinan besar terjadi, tetapi menolak untuk memprediksi apakah AS dapat menghadapi resesi di tengah kekhawatiran pasar saham tentang tindakan tarifnya.
Jajak pendapat Reuters menunjukkan bahwa risiko ekonomi meningkat untuk Meksiko, Kanada, dan AS ketika bisnis dan pembuat kebijakan bergulat dengan ketidakpastian yang berasal dari implementasi kacau tarif Trump.
Kekhawatiran inflasi di AS, yang sudah meningkat, telah memburuk, sehingga semakin mungkin bahwa Federal Reserve akan menunda penyesuaian kebijakan dalam waktu dekat.
Baca Juga
Dari dalam negeri, sentimen datang dari Goldman Sachs yang memproyeksikan defisit APBN akan semakin melebar dan mendekati batasnya, yakni 2,9% pada 2025. Selain itu, Goldman Sachs menurunkan peringkat obligasi negara tenor 10 dan 20 tahun menjadi neutral, serta menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight.
Melebarnya defisit APBN 2025 dinilai sebagai dampak dari belanja jumbo untuk program seperti makan bergizi gratis (MBG), realokasi anggaran, pembentukan BPI Danantara, hingga perluasan kebijakan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui penerbitan SBN Perumahan.
Risiko fiskal Indonesia menjadi alasan utama bank raksasa tersebut menurunkan proyeksinya atas pasar modal Indonesia. Terdapat kekhawatiran atas ketegangan perdagangan global dan pelemahan ekonomi domestik setelah Presiden Prabowo Subianto mengumumkan serangkaian kebijakan fiskal.
Alhasil, Goldman Sachs memproyeksikan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2025 mencapai 2,9%. Proyeksi itu lebih lebar dari target pemerintah, yakni defisit 2,53%. Proyeksi 2,9% dari Goldman Sachs mendekati batas maksimal defisit APBN yang ditetapkan pemerintah, yakni 3%.
Proyeksi itu sejalan dengan risiko fiskal yang dikhawatirkan Goldman Sachs. Dalam sepuluh tahun terakhir, defisit APBN melebihi 3% hanya pada saat pandemi Covid-19, yakni 2020 dan 2021.
Pemerintah menetapkan pengecualian karena tingginya kebutuhan belanja negara untuk penanganan pandemi, ketika penerimaan negara berkurang drastis karena perekonomian terganggu.
Seiring dengan sentimen-sentimen tersebut, Ibrahim memproyeksikan pada perdagangan hari ini, Rabu (12/3), mata uang rupiah akan berfluktuasi namun akan ditutup melemah di rentang Rp16.390-Rp16.460 per dolar AS.
Rupiah ditutup melemah 0,27% atau 43,5 poin ke level Rp16.452 per dolar AS pukul 15.07 WIB.
Pada saat yang sama, indeks dolar juga melemah 0,20% ke posisi 103,64.
Rupiah masih melemah 0,24% atau 40 poin ke level Rp16.448,5 per dolar AS pukul 13.42 WIB.
Pada saat yang sama, indeks dolar juga melemah 0,28% ke posisi 103,55.
Pukul 11.27 WIB, rupiah masih tertekan dengan melemah 0,24% atau 40 poin ke level Rp16.449 per dolar AS.
Pada saat yang sama, indeks dolar juga melemah 0,23% ke posisi 103,60.
Rupiah dibuka melemah 0,27% atau 44,5 poin ke level Rp16.453 per dolar AS pukul 09.07 WIB.
Pada saat yang sama, indeks dolar juga melemah 0,33 poin atau 0,32% ke posisi 103,51.