AFFINITY KOLEKSI SIDO
Berdasarkan penelusuran Bisnis.com, Affinity pernah meraih keuntungan dua kali lipat dari hasil investasinya di saham SIDO. Affinity tercatat mengoleksi saham emiten jamu dan farmasi tersebut sejak akhir 2017 dan melepasnya pada April 2024.
Affinity masuk ke SIDO dengan mahar sekitar US$180 juta untuk 21,1% saham. Langkah ini didasarkan pada prospek pertumbuhan pasar konsumen Indonesia, serta menjadi upaya Affinity untuk menembus sektor yang belum banyak dijelajahi.
Melansir laman resmi Affinity, saham SIDO kala itu disebut kurang diminati para investor pasar modal Indonesia. Usai go public pada 13 tahun silam, saham perseroan per September 2017 diperdagangkan dengan diskon 60% dari harga IPO.
Padahal, pada periode tersebut, SIDO sudah menjadi pemimpin dominan di industri obat herbal Indonesia dengan pangsa pasar lebih dari 70%, jauh melampaui pesaing terdekatnya yang hanya memiliki sekitar 10%. Pada 2017, pendapatan perusahaan tercatat mencapai Rp2,57 triliun, sementara laba bersih lebih dari Rp533 miliar.
Setelah 7 tahun menjadi pemegang saham SIDO, Affinity kemudian menjual sisa 17,1% saham perusahaan dengan nilai Rp719 per saham atau mencerminkan premi 105% – setelah penyesuaian pemecahan saham – dari harga masuk Affinity.
Alhasil, perusahaan ekuitas tersebut mengantongi dana sebesar Rp3,69 triliun atau US$227,5 juta dari hasil penjualan sisa sahamnya kepada keluarga Hidayat, yang saat ini memasuki generasi ketiga pemilik Sido Muncul.
Baca Juga
“Ini salah satu kasus langka di mana pemilik mayoritas membeli kembali saham dengan premi di atas harga pasar,” kata Benny Lim, mitra dan kepala Asia Tenggara di Affinity, dalam keterangan tertulis.