Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah saham berkapitalisasi pasar besar atau big caps menjadi pemberat laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau laggards. Lalu, bagaimana prospek dari saham-saham laggards ini?
Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi menjelaskan secara keseluruhan, penyebab saham big caps tersebut menjadi saham laggards karena investor terutama institusi dan asing masih banyak yang melakukan wait and see mengenai kondisi makro dan geopolitik.
“Investor juga menanti laporan keuangan semester I/2025 dari emiten-emiten big caps tersebut,” kata Wafi, Kamis (31/7/2025).
Wafi menuturkan investor asing dapat masuk ke saham-saham big caps tersebut pada paruh kedua 2025, seiring kondusifnya kondisi makro dan performa fundamental emiten big caps yang pulih.
Wafi juga menilai saham-saham big caps yang menjadi laggards ini masih menarik untuk dikoleksi secara jangka panjang, karena valuasi saat ini yang relatif lebih murah.
“Untuk investor jangka pendek, harga yang lagging bikin posisi sekarang masih oversold di dekat area support-nya,” ujar Wafi.
Baca Juga
Adapun KISI memberikan rekomendasi bagi investor untuk dapat mencermati saham BMRI, BBRI, BBCA, ADRO, BREN, AMRT, GOTO, dan BYAN secara berurutan untuk saham-saham laggards ini.
Analis Panin Sekuritas Cliff Nathaniel menjelaskan untuk saat ini, emiten-emiten perbankan berkapitalisasi pasar besar memang tengah berada dalam kondisi tertekan, seiring dengan ketatnya likuiditas perbankan saat ini, di tengah daya beli masyarakat yang masih lemah.
“Patut dicermati, hasil kinerja semester I/2025 emiten perbankan kelihatannya masih kurang positif ya, dengan tantangan terbesar cenderung berada di net interest margin dan cost of fund,” ujar Cliff.
Di sisi lain, ujarnya, valuasi emiten perbankan saat ini cenderung cukup murah, sehingga termasuk atraktif untuk investasi jangka panjang.
Namun, kata dia, investor tetap butuh memperhatikan sisi fundamental dari masing-masing perusahaan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.