Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah kembali ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan, Jumat (1/8/2025). Rupiah menyentuh level Rp16.513 per dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 57 poin atau 0,19% ke Rp16.513 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,12% ke 100,09.
Adapun sejumlah mata uang di Asia ditutup bervariasi hari ini. Mata uang yen Jepang menguat 0,12%, mata uang dolar Hong Kong stagnan, dolar Singapura melemah 0,02%, dolar Taiwan melemah 0,31%, dan won Korea Selatan melemah 0,86%.
Lalu peso Filipina menguat 0,28%, rupee India menguat 0,19%, yuan China turun 0,16%, ringgit Malaysia melemah 0,24%, dan baht Thailand melemah 0,15%.
Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan sentimen datang dari Trump yang pada Kamis malam menandatangani perintah yang menguraikan tarif terhadap sejumlah mitra dagang utama AS, dengan bea masuk berkisar antara 10% hingga 50%. AS mencapai kesepakatan perdagangan dengan beberapa negara, termasuk Inggris, Jepang, dan Korea Selatan.
AS terlihat mengusulkan tarif yang tinggi kepada mitra dagang lainnya, termasuk pungutan sebesar 35% terhadap Kanada, efektif mulai 1 Agustus 2025. Sementara itu, terhadap Meksiko, Trump memperpanjang batas waktu tarif Meksiko saat ini selama 90 hari untuk memberikan lebih banyak waktu bagi negosiasi perdagangan.
Fokus pasar hari ini adalah data ketenagakerjaan utama AS untuk bulan Juli, yang akan dirilis malam nanti pukul 19.30 WIB. Perekonomian AS diproyeksikan menambah 110.000 lapangan kerja pada bulan Juli, sementara tingkat pengangguran diperkirakan akan naik menjadi 4,2% dari 4,1% selama periode yang sama.
Selain data Nonfarm Payroll (NFP), pasar juga akan mengamati rilis PMI Manufaktur ISM dan indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan (UoM) final.
Dari dalam negeri, pasar merespons negatif setelah rilis data produktivitas manufaktur kembali menunjukkan kontraksi. Hal ini tercermin dalam laporan S&P Global Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang berada di level 49,2 pada Juli 2025 atau di bawah ambang batas 50.
Kontraksi manufaktur yang terjadi dalam 4 bulan terakhir menunjukkan penurunan output produksi dan anjloknya permintaan baru.
Pada saat yang sama, permintaan ekspor baru kembali menurun, sedangkan perusahaan sedang dalam mode retrenchment yang ditandai dengan penurunan karyawan dan pembelian.
Adapun untuk perdagangan awal pekan depan, Ibrahim memperkirakan rupiah masih akan melemah pada rentang Rp16.510—Rp16.560 per dolar AS.