Bisnis.com, JAKARTA – Harga tembaga mulai mendingin secara mingguan seiring dengan pelaku pasar mencerna dampak tarif Trump yang mengecualikan produk tembaga olahan.
Berdasarkan data Bloomberg, harga tembaga naik 0,3% menjadi $9.635,50 per ton di Bursa LME pukul 11:01 pagi waktu Shanghai. Selanjutnya harga logam industri lainnya seperti aluminium naik 0,1% dan nikel turun 0,3%.
Walaupun harga menguat pada akhir pekan ini, harga tembaga sudah jatuh 1,4% secara mingguan di London Metal Exchange (LME). Sedangkan di AS, harga tembaga sudah anjlok lebih dari 20% dalam pekan ini setelah pelaku pasar mendistribusikan tembaga dalam jumlah besar untuk mengantisipasi tarif Trump.
Adapun, harga tembaga memasuki jalur penurunan mingguannya setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan pengecualian tarif impor untuk tembaga olahan.
Baca Juga : Harga Emas Menguat jelang Deadline Tarif Trump |
---|
Trump menetapkan tarif sebesar 50% terhadap produk tembaga setengah jadi, seperti pipa, kabel, batang, lembaran, dan tabung mulai 1 Agustus 2025., Namun, Trump mengecualikan bentuk tembaga yang kurang diproses, termasuk bijih, konsentrat, dan katoda dari tarif tersebut.
Premi besar yang sebelumnya dimiliki kontrak berjangka tembaga di New York dibandingkan dengan London pun tergerus yang mencerminkan respons dari kebijakan ini.
Para pedagang kini bergegas memesan ruang penyimpanan untuk tembaga, dengan taruhan bahwa keputusan Trump akan memicu gelombang pasokan tembaga yang sebelumnya ditimbun di AS untuk dipindahkan ke gudang-gudang LME.
Berdasarkan laporan Bloomberg, stok tembaga di gudang yang dipantau oleh LME, Comex, dan Shanghai Futures Exchange kembali meningkat pada Juli setelah mengalami penurunan selama empat bulan berturut-turut sebelumnya.
"Tembaga kemungkinan akan menghadapi tekanan dalam jangka pendek seiring meningkatnya persediaan di bursa, yang mengindikasikan lemahnya fundamental pasar," tulis Everbright Futures Co. dalam catatan, dikutip Bloomberg pada Jumat (1/8/2025).