Bisnis.com, JAKARTA — PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) membuka peluang untuk menurunkan proyeksi kinerja 2025 di tengah dinamika ekonomi global dan konflik geopolitik yang belum mereda.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan SIDO Budiyanto menyampaikan bahwa perseroan sejatinya menargetkan pertumbuhan kinerja sebesar 10%, baik untuk pendapatan maupun laba bersih pada tahun ini.
Namun, seiring kondisi makro dan perkembangan geopolitik, target tersebut akan akan dievaluasi kembali usai laporan keuangan semester I/2025 rampung.
“Sampai kuartal pertama kemarin, kami masih menetapkan guidance 10% untuk top line dan bottom line. Tetapi, nanti kami akan cek lagi kondisi setelah kuartal kedua tutup buku,” ujarnya saat ditemui di Jakarta baru-baru ini.
Hasil evaluasi terhadap capaian kinerja hingga pertengahan tahun bakal menjadi dasar bagi manajemen untuk menentukan perubahan proyeksi ke depan.
Menurut Budiyanto, manajemen memberikan sinyal bahwa penyesuaian proyeksi bakal mengarah pada pemangkasan target kinerja pada 2025. “Mungkin revisi turun, kalau revisi naik agak berat. Kami lebih konservatif pada tahun ini.”
Baca Juga
Sementara itu, riset terbaru Kiwoom Sekuritas Indonesia menyebutkan bahwa SIDO dan sejumlah emiten lain berpotensi terdampak negatif dari keputusan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) kepada Indonesia.
SIDO dinilai memiliki eksposur terhadap pasar AS dengan besaran sekitar 10% dari total ekspor. Melansir laporan keuangannya, perseroan melalui anak usaha PT Semarang Herbal Indo Plant melakukan ekspor minyak atsiri ke AS dan Eropa.
“Gangguan ekspor pada segmen suplemen dan consumer health bisa menahan pertumbuhan ekspor tahunan SIDO di bawah 5%,” tulis riset Kiwoom.
Berdasarkan kinerja kuartal I/2025, pendapatan SIDO susut 25,09% year on year (YoY) menjadi Rp789,10 miliar. Sejalan dengan penurunan tersebut, laba bersih perseroan juga terkontraksi 40,34% YoY ke Rp232,94 miliar.
Kendati demikian, Kiwoom Sekuritas masih mempertahankan rekomendasi beli dengan target Rp610 per saham. Adapun SIDO saat ini berada di level Rp510 per saham atau mencerminkan penurunan 13,56% sejak awal tahun.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.