Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah ke Rp16.278 Jelang Pengumuman Suku Bunga BI

Nilai tukar rupiah dibuka ke level Rp16.278 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Rabu (19/2/2025), jelang pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Karyawati menghitung rupiah dan dolar AS di salah satu money changer di Jakarta, Kamis (9/1/2025). Bisnis/Abdurachman
Karyawati menghitung rupiah dan dolar AS di salah satu money changer di Jakarta, Kamis (9/1/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke level Rp16.278 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Rabu (19/2/2025). Pelemahan mata uang Garuda terjadi seiring dengan jadwal pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI rate hari ini. 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 0,31% atau 50 poin ke level Rp16.278. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau naik 0,01% ke level 107,068.

Adapun, sebagian besar mata uang di kawasan Asia lainnya turut mencatatkan pelemahan terhadap dolar AS. Misalkan, yen Jepang dan dolar Hong Kong masing-masing melemah 0,06% dan 0,02%.

Selain itu, dolar Singapura dan dolar Taiwan masing-masing melemah 0,04% dan 0,05%. Sementara itu, won Korea Selatn dan rupee India mencatatkan koreksi 0,12% dan 0,10%.

Di sisi lain, mata uang yang mengalami penguatan di antaranya peso Filipina dan baht Thailand. Seperti diketahui, mata uang Filipina dan Thailand itu masing-masing menguat 0,13% dan 0,01%.

Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah bakal bergerak fluktuatif, condong melemah ke rentang Rp16.260 sampai dengan Rp16.320 per dolar AS.

Ibrahim mengatakan terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan rupiah saat ini. Dari luar negeri, terdapat ketidakpastian yang berkelanjutan atas rencana Presiden AS Donald Trump terkait tarif perdagangan.

"Selain itu, pasar tetap waspada terhadap suku bunga AS yang tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama," kata Ibrahim.

Anggota Dewan Gubernur The Fed Christopher Waller mengatakan bahwa meskipun ia tidak melihat tarif Trump menyebabkan lonjakan besar dalam inflasi, ia masih mendukung untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil dalam waktu yang lebih lama.

Komentar Waller muncul setelah data pekan lalu menunjukkan inflasi AS per Januari 2025 tumbuh lebih dari yang diharapkan. Dari dalam negeri, pasar mengamati kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) 100% setahun yang bakal menantang untuk eksportir.

Kebijakan ini utamanya akan menganggu stabilitas kas usaha. Selain itu, kebijakan itu dinilai akan mengubah struktur permodalan para pelaku industri yang masih menggunakan bahan baku impor.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper