Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan awal pekan hari ini, Senin (17/2/2025) ke level Rp16.191,5 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 0,37% atau 59,5 poin ke level Rp16.191,5. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun 0,05% ke level 106,65.
Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang Asia mengalami penguatan. Yen Jepang misalnya menguat 0,3%, dolar Singapura menguat 0,03%, dolar Hong Kong menguat 0,03%, dolar Taiwan menguat 0,05%, rupee India menguat 0,09%, serta yuan China menguat 0,07%.
Penguatan rupiah pada pembukaan perdagangan awal pekan ini melanjutkan tren penguatan perdagangan akhir pekan lalu. Tercatat, nilai tukar rupiah ditutup menguat 109 poin atau 0,67% ke level Rp16.252 per dolar AS pada akhir pekan lalu (14/2/2025).
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pada perdagangan pekan ini, pasar masih akan kembali bergairah. Pada awal pekan ini, Senin (17/2/2025), ia memproyeksikan rupiah masih akan mengalami penguatan signifikan ke level Rp16.200 per dolar AS sampai Rp16.260 per dolar AS.
Terdapat sejumlah sentimen yang akan mendorong penguatan rupiah pekan ini. Dari luar negeri, adanya ekspektasi bahwa rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif tidak akan berlaku hingga April 2025. Dengan begitu, kebijakan Trump akan memberikan banyak waktu menghindari perang dagang.
Baca Juga
"Sentimen lainnya adanya potensi kesepakatan damai Rusia Ukraina secara geopolitik. Ini akan membuat kondisi fundamental ekonomi kembali normal," kata Ibrahim dalam keterangannya pada Jumat (14/2/2025).
Di Eropa, produk domestik bruto (PDB) Inggris tumbuh 0,1% pada kuartal IV/2024, mengindikasikan pertumbuhan ekonomi di negara-negara Eropa kembali pulih pasca terdampak perang Rusia Ukraina.
Dari dalam negeri, sentimen positif datang saat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengunjungi Indonesia. Kedatangan Erdogan disinyalir akan membawa angin segar di sektor infrastruktur dalam negeri, terutama terkait pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Namun, sebelumnya Kepala Ekonom PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Banjaran Surya Indrastomo menilai rupiah masih akan melemah setidaknya per Februari 2025. Menurutnya, pelemahan nilai tukar rupiah beberapa waktu belakangan diakibatkan oleh sentimen eksternal, terutama penguatan dolar AS.
Kebijakan Trump yang cenderung proteksionis mendorong penguatan indeks dolar AS. "Rupiah diperkirakan masih melanjutkan tren pelemahan dalam jangka pendek, tertekan oleh sentimen eksternal," ujar Banjaran.
Kendati demikian, dia meyakini BI memiliki daya intervensi agar pelemahanan rupiah tidak semakin memburuk. Banjaran meyakini BI bisa melakukan intervensi di pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan pasar surat berharga agar cadangan devisa negara tetap kuat.
Apalagi, penanaman modal asing tumbuh melampaui ekspektasi pasar yaitu sebesar 33,3% pada Kuartal IV/2024. Oleh sebab itu, sambungnya, sentimen positif perekonomian domestik ke depan masih besar.