Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia terkoreksi seiring dengan janji pengumuman keadaan darurat energi nasional dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump guna membebaskan produksi energi domestik dan menunda pengumuman tarif khusus China pada hari pertama masa jabatannya.
Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (21/1/2025) Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate untuk kontrak Maret terkoreksi 1,4% ke level US$76,28 per barel, sementara harga minyak jenis Brent melemah 0,8% ke level US$80,15 per barel.
Pergerakan harga minyak dipengaruhi ole perintah Trump kepada pembantunya untuk menangani praktik perdagangan yang tidak adil secara global, menurut lembar fakta yang dilihat oleh Bloomberg. Dia juga mengancam akan mengenakan tarif pada Kanada dan Meksiko.
Trump mengatakan bahwa dia berencana untuk mengisi kembali cadangan minyak strategis AS hingga penuh setelah mencapai titik terendah yang tidak pernah terlihat sejak tahun 1980-an. Dia juga berjanji untuk membatalkan kebijakan era Biden yang dirancang untuk melawan perubahan iklim.
Adapun, Trump juga menandatangani perintah eksekutif untuk menarik diri dari perjanjian Iklim Paris.
Harga minyak dunia mengawali tahun ini dengan kuat setelah cuaca dingin di Belahan Bumi Utara menyebabkan permintaan pemanas yang lebih tinggi dan sanksi AS yang luas terhadap industri minyak Rusia yang mengganggu arus global.
Baca Juga
Calon Trump untuk Menteri Keuangan, Scott Bessent, mengatakan dia akan mendukung tindakan peningkatan di Moskow. Hal tersebut dapat berarti lebih banyak gangguan pasokan minyak global.
Selain itu, dimulainya masa jabatan kedua Trump turut memunculkan prospek sanksi terhadap Iran dan Venezuela.
"Kurangnya kejelasan tentang tarif dan tidak disebutkannya sanksi terhadap Rusia, Iran atau Venezuela dalam pidato pelantikan Presiden AS Trump menambah risiko bahwa kita melihat koreksi jangka pendek dalam minyak mentah," kata Robert Rennie, kepala penelitian komoditas dan karbon untuk Westpac Banking Corp.
Dia menambahkan, peningkatan lebih lanjut terhadap produksi Amerika dapat memberi lebih banyak tekanan pada harga minyak.
Sementara itu, kelompok Houthi yang bermarkas di Yaman mengatakan mereka akan berhenti menyerang kapal-kapal AS dan Inggris di wilayah Laut Merah sebagai tanggapan atas perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas. Kampanye mereka telah berlangsung selama lebih dari setahun dan telah menjungkirbalikkan perdagangan global.