Bisnis.com, JAKARTA - Harga Bitcoin kembali ke kisaran US$100.000 dan mencatat kenaikan terbesarnya tahun ini seiring dengan data inflasi AS yang menghidupkan kembali harapan pada pemotongan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve.
Melansir Bloomberg pada Kamis (16/1/2025), harga Bitcoin terpantau menguat pada US$100.420 setelah lonjakan lebih dari 3% pada sesi sebelumnya menyusul angka Biro Statistik Tenaga Kerja AS. Adapun, token lain seperti Ether dan XRP membukukan reli yang lebih tajam.
Laporan yang menunjukkan penurunan indeks harga konsumen inti menghidupkan kembali taruhan pada penurunan suku bunga Fed lainnya pada bulan Juli, meningkatkan saham dan obligasi.
Saat ini, perhatian pasar beralih ke kebijakan kilat yang diharapkan setelah pelantikan Presiden terpilih Donald Trump pada tanggal 20 Januari, yang berpotensi termasuk langkah-langkah untuk memperkuat sektor kripto.
Spekulan mempertimbangkan risiko tarif inflasi dan kebijakan imigrasi terhadap janji Trump untuk menjadikan AS sebagai rumah global bagi aset digital. Partai Republik juga mendukung gagasan untuk menciptakan persediaan Bitcoin nasional.
Satu pertanyaan kunci adalah apakah kenaikan 50% dalam Bitcoin yang dipicu oleh kemenangan pemilihan Trump pada 5 November akan memberi jalan bagi aksi ambil untung menjual berita atau sell the news ketika dia benar-benar memegang kekuasaan.
Baca Juga
Adapun, sell the news merupakan strategi yang melibatkan pembelian aset berdasarkan spekulasi atau rumor yang tersebar, lalu menjualnya setelah berita resmi dirilis untuk memanfaatkan perubahan harga yang terjadi.
"Pemahaman kami adalah bahwa Trump memiliki sejumlah besar perintah eksekutif yang siap segera dilaksanakan setelah pelantikan minggu depan, beberapa di antaranya secara khusus positif untuk aset digital," kata Cosmo Jiang, manajer portofolio di Pantera Capital.
Jiang menuturkan, dalam jangka pendek dia melihat beberapa aksi jual tersebut, tetapi dia menilai, pelaku yang melakukannya tidak melihat gambaran besarnya.