Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dipicu Data Inflasi AS, Bursa Asia Menguat

Bursa-bursa di Asia mengikuti pergerakan Wall Street seiring dengan meredanya inflasi inti AS yang menjaga prospek penurunan suku bunga The Fed tahun ini.
Papan saham elektronik menampilkan grafik pergerakan indeks Nikkei 225 di luar perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Senin, 6 Januari 2025./Bloomberg-Kiyoshi Ota
Papan saham elektronik menampilkan grafik pergerakan indeks Nikkei 225 di luar perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Senin, 6 Januari 2025./Bloomberg-Kiyoshi Ota

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa-bursa di Asia mengikuti pergerakan Wall Street yang menguat pada perdagangan Kamis (16/1/2025) seiring dengan meredanya inflasi inti AS yang menjaga prospek penurunan suku bunga Federal Reserve tahun ini.

Mengutip Bloomberg, beberapa bursa di Asia yang terpantau menguat di antaranya adalah Jepang dengan indeks Topix yang naik 0,47% ke 2.703,54.  Selanjutnya, indeks Kospi Korea Selatan juga menguat 1,19% ke 2.526,33, sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia naik 1,44% ke level 8.331,50. 

Pergerakan tersebut berpusat pada data indeks harga konsumen (IHK) inti AS untuk Desember 2024  yang naik kurang dari perkiraan. Hal ini kembali memunculkan ekspektasi bahwa Fed akan memangkas suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. 

Pedagang swap kembali memperkirakan pemangkasan suku bunga pada Juli mendatang. Hal ini merupakan perubahan posisi yang cepat setelah data pekerjaan yang positif pada Jumat pekan lalu yang memicu peluang The Fed hanya akan melakukan pemangkasan suku bunga satu kali pada September atau Oktober.

“Kita berada dalam skenario yang sangat bagus di mana pertumbuhan bertahan. Kami berharap pendapatan perusahaan teknologi di Asia akan meningkat secara substansial tahun ini, terutama di bidang AI," kata Suresh Tantia, seorang ahli strategi untuk UBS Wealth Management.

Adapun, Indeks harga konsumen inti AS — yang tidak termasuk biaya makanan dan energi — naik 0,2% pada bulan Desember. Itu menandai penurunan pertama dalam tingkat tersebut dalam enam bulan. 

Sementara itu, inflasi inti tercatat naik 3,2% secara year on year (yoy). Angkat tersebut masih berada di atas target Fed sebesar 2%. Sejumlah pejabat Federal Reserve mengatakan data tersebut memberikan keyakinan bahwa inflasi akan terus surut. 

Presiden Fed New York John Williams mengatakan, proses disinflasi masih berlangsung. Namun, dia menyebut The Fed masih belum mencapai target 2%, dan akan butuh waktu lebih lama hingga target tersebut dapat tercapai secara berkelanjutan. 

"Pasar akan didorong oleh penurunan inflasi inti, yang seharusnya mengurangi sebagian tekanan pada pasar saham dan obligasi, yang keduanya memiliki awal tahun yang buruk karena ketakutan terhadap inflasi dan kekhawatiran bahwa Fed tidak hanya akan berhenti memangkas suku bunga," kata Chris Zaccarelli dari Northlight Asset Management.

Adapun, data periode Desember 2024 adalah laporan inflasi terakhir masa jabatan Presiden Joe Biden, pemerintahan yang dirundung harga tinggi akibat pandemi yang melonjak kumulatif 20% saat dia menjabat. 

Presiden terpilih AS, Donald Trump akan dilantik minggu depan, dan para ekonom umumnya mengantisipasi kebijakannya — khususnya pada tarif — akan memberikan tekanan ke atas pada inflasi, dan ukuran ekspektasi konsumen juga telah meningkat baru-baru ini.

“Pasar merasa lega bahwa potensi suku bunga yang ‘mengalahkan’ — untuk saat ini — telah dihapuskan dan pasar obligasi tidak akan membatasi kenaikan besar yang telah kita lihat selama dua tahun terakhir di pasar ekuitas,” kata John Kerschner di Janus Henderson Investors.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper