Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.198 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (2/1/2025).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan turun 0,41% atau 66 poin ke posisi Rp16.198 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat melemah 0,07% ke posisi 108,220.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,38%, dolar Singapura menguat sebesar 0,23%, peso Filipina menguat 0,42%, won Korea menguat 0,70%, dan baht Thailand menguat 0,08%.
Sementara itu mata uang yang melemah di antaranya, ringgit Malaysia melemah 0,17%, rupee India melemah 0,08%, dolar Taiwan melemah sebesar 0,29%, dan dolar Hong Kong melemah 0,10%. Lalu, yuan China stagnan.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pada perdagangan sore ini (2/1) mata uang rupiah ditutup melemah 66 poin ke level Rp16.198, setelah sebelumnya sempat melemah 110 poin ke level Rp16.173.
Dia memprediksi bahwa untuk perdagangan besok (3/1) mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.180-Rp16.270.
Baca Juga
Ibrahim mengatakan bahwa Presiden AS yang akan datang Donald Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif tambahan pada China, yang diperkirakan akan memicu potensi perang dagang AS-China pada tahun ini setelah Trump menjabat pada akhir bulan ini.
Selain itu, menurutnya pertemuan Federal Reserve pada Desember mengisyaratkan lebih sedikit pemotongan pada 2025, karena inflasi tetap menjadi perhatian utama, yang selanjutnya meredam prospek pasar Asia.
Sementara itu, Korea Selatan mengalami krisis politik yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah Presiden Yoon Suk Yeol mengumumkan darurat militer pada 3 Desember lalu, yang dengan cepat ditarik kembali karena tekanan parlemen.
Selanjutnya, Yoon dimakzulkan dan diskors dari jabatannya pada Desember, dan menghadapi tuduhan pemberontakan dan penyalahgunaan kekuasaan. Pengadilan Seoul telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadapnya.
Kemudian, dia mengatakan bahwa aktivitas manufaktur China mengalami pertumbuhan yang lebih lemah dari yang diantisipasi pada Desember, menurut data indeks manajer pembelian swasta (PMI) yang dirilis pada Kamis, yang menunjukkan bahwa dampak dari langkah-langkah stimulus baru-baru ini memudar.
Menurutnya, hasil PMI Caixin mengikuti data pemerintah pada awal pekan ini juga mengindikasikan bahwa sektor manufaktur berkembang pada Desember tetapi dengan kecepatan di bawah ekspektasi.
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis (2/1/2025) mengumumkan inflasi mencapai 0,44 % (month to month/mtm) dan 1,57% (year on year/yoy) pada Desember 2024. Inflasi tahunan (yoy) yang tercatat pada Desember juga menjadi inflasi pada tahun berjalan.
"Dengan hanya mencatat inflasi 1,57%, inflasi 2024 akan menjadi yang terendah dalam sejarah Indonesia," katanya.
Sebagai catatan, Ibrahim menjelaskan bahwa inflasi terendah yang pernah dicatat BPS sebelumnya adalah pada 2020 yakni 1,68%. Rendahnya inflasi 2024 disebabkan sejumlah faktor mulai dari melemahnya daya beli serta melandainya harga bahan pangan pokok setelah terbang pada 2022 dan 2023.