Bisnis.com, JAKARTA — PT Vale Indonesia (INCO) memegang 30% saham proyek patungan smelter High-Pressure Acid Leaching (HPAL) yang belakangan berkongsi dengan GEM CO., Ltd.
Adapun, GEM CO., Ltd memegang 25% saham pada proyek patungan HPAL yang berlokasi di Sulawesi Tengah itu. Rencanannya, smelter dengan nilai investasi mencapai US$1,4 miliar atau sekitar Rp22,77 triliun (asumsi kurs Rp16.265 per dolar AS) itu bakal commisioning pada 2028.
Nantinya, proyek HPAL itu memiliki kapasitas produksi sebesar 60.000 nikel dalam mixed hydroxide precipitate (MHP). Hanya saja saat ini, INCO bersama dengan GEM CO masih mencari mitra baru untuk masuk mengambil porsi sisa saham, sekitar 45% pada usaha patungan itu.
“Iya sementara [komposisi saham] begitu,” kata Head of Corporate Communications INCO Vanda Kusumaningrum saat dikonfirmasi, Kamis (19/12/2024).
Sebelumnya, INCO telah menandatangani kerja sama dengan GEM CO., Ltd saat Forum Bisnis Indonesia-China di Hotel The Peninsula, Beijing, Minggu (10/11/2024).
Rencanannya, proyek kerja sama dengan GEM Co., itu bakal menjadi pabrik pengolahan nikel nol emisi. Adapun, pasokan bijih nikel limonit bakal ditarik dari tambang Blok Bahodopi, Sulawesi Tengah.
Baca Juga
Saat penandatangan kerja sama, pimpinan GEM CO., Ltd Xu Kaihua menilai positif penerapan ESG yang dikerjakan oleh INCO. Dia berharap kerja sama ini dapat menyediakan bahan baku baterai setrum yang lebih berkelanjutan.
“Proyek HPAL ini merupakan kolaborasi vital yang menggabungkan keahlian kami mengolah material berkelanjutan dengan sumber daya Indonesia yang melimpah,” kata Kaihua.
Di sisi lain, INCO belakangan tengah mengincar pinjaman sebesarar US$1,2 miliar untuk memulai proyek pengembangan blok tambang anyar tahun depan.
Manuver untuk menarik pendanaan lewat pinjaman perbankan itu dilakukan setelah lembaga pemeringkat S&P Global Ratings mengerek peringkat kredit INCO menjadi BB+ dengan prospek stabil, dari semula BB awal bulan ini.
“Untuk pinjaman sedang berproses, dan kenaikan peringkat kredit BB+ dari S&P Global Ratings menjadi 1 kredibilitas baik bagi kami,” kata Vanda.
Dia mengatakan perseroannya telah melakukan pengembangan 3 tambang baru di Blok Pomalaa, Morowali dan Sorowako.
Berdasarkan data INCO, proyek pengembangan tambang di Morowali diperkirakan selesai pada kuartal IV/2025 dengan tambahan kapasitas produksi mencapai 3,84 juta ton saprolit per tahun.
Sampai akhir tahun ini, proyek pengembangan tambang Morowali dengan nilai belanja modal US$399 juta itu telah mencapai 35%.