Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka menguat ke level Rp15.812 pada perdagangan hari ini, Selasa (19/11/2024).
Mengutip data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka menguat 0,28% ke Rp15.812 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,08% ke 106,18.
Bersamaan dengan rupiah, beberapa mata uang kawasan Asia Pasifik dibuka menguat. Di antaranya adalah yen Jepang naik 0,28%, dolar Taiwan naik 0,13%, won Korea Selatan menguat 0,06%, dan rupee India menguat 0,02%.
Kemudian dolar Singapura melemah 0,04%, yuan China turun 0,07%, peso Filipina menguat 0,06%, ringgit Malaysia naik 0,23%, dan baht Thailand melemah 0,25%.
Melansir Reuters, jajak pendapat ekonom yang dilakukan Reuters memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunganya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pekan ini, dengan tujuan melindungi rupiah dari depresiasi lebih lanjut di tengah kekhawatiran kebijakan Presiden AS Donald Trump yang dapat mendorong penguatan dolar.
Dengan inflasi yang tetap berada dalam kisaran target BI sebesar 1,5%-3,5% selama lebih dari setahun, BI dapat fokus pada rupiah yang telah melemah hampir 5% dari puncaknya pada bulan September. Pelemahan rupiah ini terjadi meskipun mendapat intervensi secara rutin.
Baca Juga
Lebih dari 70% responden, yaitu 25 dari 34 dalam jajak pendapat Reuters pada 11-18 November, memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuannya pekan ini.
"Saya pikir ini kemungkinan akan menjadi keputusan yang sulit. BI sedikit khawatir tentang mata uang. Rupiah telah melemah sejak pemilu di AS, jadi BI ingin mendapatkan lebih banyak kejelasan tentang prospek ke depan," kata Gareth Leather, ekonom senior Asia di Capital Economics.
Di antara ekonom yang memperkirakan BI akan menahan suku bunga pada bulan November, dua pertiga atau 16 dari 25 ekonom memperkirakan pemotongan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75% pada bulan Desember.
Penundaan yang diharapkan mencerminkan berkurangnya prediksi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve AS, karena kebijakan Trump dianggap dapat membuat inflasi naik, yang membuat dolar AS tetap kuat lebih lama.