Bisnis.com, JAKARTA – Pidato pertama Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto berpotensi menyengat pergerakan nilai tukar rupiah pada perdagangan pekan depan.
Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka resmi menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI untuk periode 2024-2029 usai dilantik di Jakarta, Minggu (20/10/2024).
Dalam pidato pertamanya usai dilantik sebagai presiden, Prabowo Subianto sempat menyinggung kondisi perekonomian Indonesia dengan menyebut masih terlalu banyak masyarakat hidup dalam garis kemiskinan.
Presiden lantas mengingatkan seluruh pihak agar tidak cepat puas terhadap hasil statistik ekonomi, tanpa melihat realitas langsung di masyarakat.
“Kita sebagai pemimpin politik jangan terlalu senang melihat angka-angka statistik yang membuat kita terlalu cepat gembira, terlalu cepat puas. Padahal, kita belum melihat gambaran sepenuhnya,” ucap Prabowo.
Selain itu, Prabowo turut menyoroti fokus pemerintah yang berencana mencapai swasembada pangan dalam kurun 4 hingga 5 tahun ke depan, dan mendorong kemandirian energi di tengah situasi geopolitik saat ini.
Baca Juga
Menyikapi pernyataan tersebut, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai pidato Presiden sangat menarik karena kondisi ekonomi dalam negeri kini sedang bergejolak terutama akibat faktor eksternal.
Ibrahim memandang pidato perdana Prabowo Subianto berpeluang memberikan dampak positif bagi pergerakan pasar karena dipicu oleh pandangan optimistis pemimpin negara terhadap masa depan ekonomi Indonesia.
“Pidato ini kemungkinan besar berpotensi memberikan dampak positif bagi pasar karena kita melihat bahwa apa yang diucapkan dalam pidato perdana Presiden Prabowo cukup menarik,” ujar Ibrahim, Minggu (20/10/2024).
Menurutnya, pidato Prabowo kemungkinan besar membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat. Dia pun memperkirakan nilai tukar rupiah berpotensi menuju Rp15.000 dan IHSG mencapai 8.000 pada bulan ini.
“Kemungkinan besar, pada pekan depan, rupiah akan kembali menguat. Bisa saja rupiah menuju Rp15.000 dan IHSG mencapai level 8.000 pada Oktober,” pungkasnya.
Namun, di sisi lain, ketidakpastian ekonomi saat ini akan menjadi tantangan bagi pemerintahan Prabowo – Gibran terutama dalam 100 hari pertama yang dibayangi ketidakpastian akibat tensi geopolitik dan perlambatan ekonomi di China.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.