Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi AS Masih Terganggu Badai Francine, Harga Minyak Lanjutkan Reli

Harga minyak mentah global masih memanas seiring dengan dampak badai Francine yang menganggu produksi di Teluk Meksiko, AS.
Pekerja PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) beraktivitas di kawasan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Bisnis/Nurul Hidayat
Pekerja PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) beraktivitas di kawasan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak naik pada perdagangan Jumat (13/9/2024) sekaligus memperpanjang reli yang dipicu oleh gangguan produksi di Teluk Meksiko, AS, ketika Badai Francine memaksa produsen untuk mengevakuasi platform sebelum menghantam pantai Louisiana.

Mengutip Reuters pada Jumat (13/9/2024), harga minyak mentah berjangka jenis Brent naik 34 sen, atau 0,5%, menjadi US$72,31 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) AS naik 38 sen, atau 0,6%, menjadi US$69,35 per barel.

Jika kenaikan tersebut bertahan, harga minyak akan menghentikan tren penurunan mingguan yang terjadi selama beberapa pekan belakangan. Harga minyak jenis Brent sempat anjlok di bawah US$70 per barel pada Selasa untuk pertama kalinya sejak akhir tahun 2021. 

Dengan pergerakan saat ini, harga minyak Brent diperkirakan akan mengalami kenaikan mingguan sebesar sekitar 1,7% dan WTI diperkirakan akan naik lebih dari 2%.

Produsen minyak melakukan penilaian kerusakan dan melakukan pemeriksaan keamanan pada hari Kamis ketika mereka bersiap untuk melanjutkan operasi di Teluk Meksiko, AS, seiring dengan munculnya perkiraan hilangnya pasokan dari Francine.

Analis UBS memperkirakan produksi di wilayah tersebut pada bulan September akan turun sebesar 50.000 barel per hari (bph) bulan ke bulan, sementara analis FGE memperkirakan penurunan 60.000 barel per hari menjadi 1,69 juta barel per hari.

Data resmi menunjukkan hampir 42% produksi minyak di Teluk Meksiko dihentikan pada hari Kamis.

Guncangan pasokan membantu harga minyak pulih dari aksi jual tajam di awal pekan, dengan kekhawatiran permintaan menyeret harga minyak ke posisi terendah dalam beberapa tahun.

Baik Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) pekan ini menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan mereka, dengan alasan kesulitan ekonomi di China, importir minyak terbesar di dunia. 

Pergeseran menuju bahan bakar rendah karbon juga membebani permintaan minyak China, kata para pembicara pada konferensi APPEC minggu ini.

Impor minyak mentah China rata-rata turun 3,1% tahun ini dari Januari hingga Agustus dibandingkan periode yang sama tahun lalu, data bea cukai menunjukkan pada Selasa.

“Menurunnya permintaan minyak dalam negeri di Tiongkok telah menjadi topik hangat dan semakin diperparah oleh data perdagangan bulan Agustus yang mengecewakan,” kata analis FGE dalam sebuah catatan kepada kliennya.

Kekhawatiran akan permintaan juga meningkat di Amerika Serikat. Bensin dan minyak sulingan berjangka AS diperdagangkan pada posisi terendah dalam beberapa tahun pada minggu ini, karena para analis menyoroti permintaan yang lebih lemah dari perkiraan di negara konsumen minyak bumi terbesar tersebut.

Stok minyak dan bahan bakar AS naik minggu lalu karena permintaan menurun tajam, data dari Badan Informasi Energi AS menunjukkan pada hari Rabu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper