Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan manajemen aset raksasa BlackRock Inc dan bank tertua kedua di Amerika Serikat (AS), State Street Corp, kembali memborong saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) pada awal September 2024.
Hingga akhir perdagangan Jumat (6/9/2024), saham WIKA berada di level Rp450 per saham. Banderol tersebut mencerminkan kenaikan sebesar 120,68% year-to-date (YtD) dan melompat 309,09% dalam kurun 3 bulan terakhir.
Selama periode 2 – 6 September 2024, total volume saham WIKA yang diperdagangkan mencapai 2 miliar lembar dengan nilai turnover sebesar Rp851,3 miliar. Adapun frekuensi transaksi saham BUMN Karya ini tembus 107.631 kali dalam sepekan.
Melansir data Bloomberg Terminal, BlackRock menjadi salah satu investor yang mengakumulasikan saham WIKA pada periode tersebut. Entitas yang bermarkas di New York ini memborong 17,36 juta saham pada 3 September 2024.
Pembelian itu membuat kepemilikan BlackRock bertambah dari 24,85 juta menjadi 42,22 juta lembar, dan menempatkannya di peringkat kelima dalam daftar pengoleksi saham WIKA.
Adapun, State Street turut memborong 5,87 juta lembar saham WIKA pada 3 September 2024. Bank yang berdiri sejak 1792 ini lantas bertengger di peringkat ke-7 daftar pemegang saham WIKA, setelah sempat melepas seluruh kepemilikannya pada Mei 2024.
Baca Juga
Dalam perkembangan lain, WIKA telah membukukan nilai kontrak baru sebesar Rp11,59 triliun sepanjang periode Januari – Juli 2024. Kontributor terbesar berasal dari segmen industri, disusul segmen infrastruktur dan gedung, properti, serta segmen EPCC.
Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito perolehan kontrak baru tersebut menunjukkan kinerja unggul perseroan di segmen infrastruktur dan EPCC, serta upaya meningkatkan pengendalian biaya operasi secara efektif.
“Perseroan telah menunjukkan progres on track atas upaya transformasi tersebut sehingga mampu menjaga daya saing serta kepercayaan stakeholders,” pungkasnya.
Beberapa proyek yang masuk daftar kontrak baru WIKA per Juli 2024, antara lain pembangunan Jetty 1 Baru di Integrated Terminal Manggis, Bali, Gedung BMKG InaTEWS di Jakarta dan Bali, serta perolehan kontrak lainnya baik di induk maupun anak perusahaan.
Dari sisi keuangan, WIKA tercatat mencetak laba bersih Rp401,95 miliar pada semester I/2024. Raihan itu berbalik dari rugi bersih Rp1,88 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Hal itu dikarenakan WIKA membukukan penghasilan lain-lain senilai Rp4,38 triliun, yang utamanya berasal dari keuntungan restrukturisasi pinjaman sebesar Rp3,94 triliun dan pemulihan penurunan nilai mencapai Rp361,19 miliar.
Sepanjang periode Januari – Juni 2024, WIKA meraih pendapatan bersih sebesar Rp7,53 triliun atau turun 18,58% year-on-year (YoY). Mayoritas pendapatan ini bersumber dari segmen infrastruktur dan gedung sebesar Rp3,46 triliun, serta industri Rp2,29 triliun.
Adapun beban pokok pendapatan WIKA juga melemah 18,71% YoY menjadi Rp6,88 triliun, sehingga laba kotor tercatat sebesar Rp645,52 miliar atau turun dari posisi tahun sebelumnya yang mengakumulasikan Rp779,03 miliar.
___________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.