Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah bergerak menguat ke level Rp16.122 per dolar AS usai pengumuman cadangan devisa atau cadev Indonesia Juli 2024 yang naik ke US$145,4 miliar.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah berada di level Rp16.122 per dolar AS pada pukul 11.00 WIB, menguat 43 poin atau 0,27%. Kurang dari satu jam sebelumnya, Bank Indonesia mengumumkan bahwa cadev Indonesia naik dari posisi bulan sebelumnya.
Rupiah pun menguat dari posisi pembukaan perdagangan hari ini di Rp16.151 per dolar AS, menguat 0,08% atau 13 poin. Pada saat yang sama, indeks dolar AS juga menguat 0,23% ke posisi 103,21.
Di tengah penguatan rupiah, nasib mata uang Asia lainnya mengalami pelemahan. Yen Jepang misalnya dibuka melemah 1,61%, won Korea melemah 0,57%, dolar Hong Kong melemah 0,02%, rupee India melemah 0,14%.
Lalu, yuan China dibuka melemah 0,36% dan dolar Taiwan melemah 0,07%. Baht Thailand pun dibuka melemah 0,31%.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menyampaikan bahwa posisi cadev terbaru lebih besar dari cadev Juni 2024 yang senilai US$140,2 miliar, atau naik US$5,2 miliar dalam kurun waktu satu bulan.
Baca Juga
"Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2024 tercatat senilai US$145,4 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Juni 2024 senilai US$140,2 miliar," ujar Erwin dalam keterangan resmi, Rabu (7/8/2024).
Asisten Gubernur tersebut menjelaskan bahwa kenaikan posisi cadangan devisa ini utamanya dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa.
Erwin menyampaikan posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Bank Sentral juga menilai bahwa cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Di tengah perlambatan ekonomi dalam negeri dan gejolak ekonomi global, BI melihat cadangan devisa masih memadai untuk menjaga ketahanan eksternal.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai sehingga dapat terus mendukung ketahanan sektor eksternal," lanjut Erwin.
Meski demikian, BI juga menilai bahwa ketahanan eksternal tetap terjaga seiring dengan prospek ekspor yang tetap positif serta neraca transaksi modal dan finansial yang diperkirakan tetap mencatatkan surplus.
Hal ini sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.
Bank Indonesia juga terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal sehingga dapat menjaga stabilitas perekonomian dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.