Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nasib Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Jelang Hasil The Fed

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka turun 0,03% atau 5 poin ke posisi Rp16.305 per dolar AS pada Rabu (31/7/2024).
Pegawai merapikan uang rupiah di cash center Bank Mandiri di Jakarta.
Pegawai merapikan uang rupiah di cash center Bank Mandiri di Jakarta.

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka turun ke posisi Rp16.305 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (31/7/2024) jelang hasil pertemuan The Fed

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah membuka perdagangan dengan turun 0,03% atau 5 poin ke posisi Rp16.305 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar terpantau turun 0,15% ke 104,197. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi cenderung menguat. Yen Jepang naik 0,23%, dolar Singapura naik 0,02%, won Korea menguat 0,27%, peso Filipina menguat 0,19%, rupee India menguat 0,01%, yuan China naik 0,06%, ringgit Malaysia naik 0,23% dan baht Thailand menguat 0,06%.

Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan pada perdagangan hari ini, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp16.290 hingga Rp16.350 per dolar AS. 

Ibrahim menjelaskan fokus pasar beralih sepenuhnya ke suku bunga AS. Kehati-hatian ini membuat para pelaku pasar bias terhadap dolar, dengan The Fed akan memulai pertemuan dua hari pada 30-31 Juli. 

"Bank sentral secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada akhir pertemuan Rabu. Namun, sinyal apa pun tentang kapan berencana untuk mulai memangkas suku bunga akan diawasi dengan ketat," ujarnya dalam riset, Selasa (30/7/2024).

Menurut Ibrahim, pelaku pasar secara umum memperkirakan pemotongan 25 basis poin pada September 2024, tetapi pemotongan suku bunga lebih lanjut masih diragukan. Di lain sisi, serangkaian berita ekonomi yang mengecewakan dari China telah mengguncang pasar baru-baru ini. Aktivitas manufaktur China kemungkinan menyusut untuk bulan ketiga pada Juli 2024, menurut jajak pendapat Reuters pada Senin (29/7). 

Pada Senin juga, Citi memangkas perkiraan pertumbuhan China menjadi 4,8% dari 5% setelah pertumbuhan kuartal kedua negara itu tidak memenuhi perkiraan analis, dengan catatan bahwa aktivitas ekonomi semakin melemah pada Juli. 

Sementara itu dari dalam negeri, posisi utang pemerintahan naik menjadi Rp8.444,87 triliun hingga akhir Juni 2024 atau tiga bulan jelang berakhirnya kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Rasio ini tetap konsisten terjaga di bawah batas aman 60% PDB sesuai UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara. Kemenkeu merincikan, mayoritas utang pemerintah berasal dari dalam negeri dengan proporsi 71,12%. 

Mengutip buku APBN Kita, posisi utang pemerintah pada Juni 2024 ini mengalami peningkatan dari Rp8.353,02 triliun pada Mei 2024 (month-to-month/mtm). Dengan posisi utang tersebut, rasio utang per akhir Juni 2024 tercatat sebesar 39,13% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper