Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Lanjut Menguat ke Level Rp16.194. Dolar AS Kena Jegal

Rupiah menguat 46 poin atau 0,28% menuju level Rp16.194,5 per dolar AS.
Ilustrasi karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (11/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (11/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali ditutup menguat pada Kamis (11/7/2024) dan menyentuh level Rp16.194,5. Penguatan rupiah terjadi di tengah pelemahan laju greenback.   

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 46 poin atau 0,28% ke level Rp16.194,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah sebesar 0,12% ke posisi 104,92.

Sementara itu, mata uang lain di Asia mayoritas ditutup menguat. Yen Jepang, misalnya menguat 0,06% bersamaan dengan won Korea sebesar 0,30%. Adapun yuan China menguat 0,07%, lalu ringgit Malaysia serta baht Thailand naik 0,20% dan 0,26%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan dolar AS diperdagangkan dalam kisaran yang ketat setelah kesaksian Ketua The Fed Jerome Powell di hadapan kongres. 

“Ketua The Fed menandai melemahnya pasar tenaga kerja baru-baru ini sebagai faktor yang semakin penting dalam memutuskan kapan bank sentral AS akan mulai memangkas suku bunga,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (11/7/2024). 

Powell, dalam pidatonya, mengatakan penurunan suku bunga tidak tepat sampai The Fed memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi menuju target 2%. Meski demikian, dia menilai peningkatan inflasi bukan satu-satunya risiko yang dihadapi. 

Menurut Ibrahim, ketua The Fed tersebut sedang mempersiapkan untuk penurunan suku bunga pada September 2024. Dia menambahkan saat ini para pelaku pasar mencari informasi lebih lanjut terkait komentar Powell jelang rilis data inflasi konsumen. 

Dari dalam negeri, realisasi subsidi dan kompensasi energi pada 2024 diperkirakan membengkak. Peningkatan tersebut didorong oleh fluktuasi Indonesian Crude Price (ICP), nilai tukar rupiah, serta peningkatan volume LPG dan listrik bersubsidi. 

Pada semester I/2024, realisasi subsidi dan kompensasi energi mencapai Rp155,7 triliun, dibandingkan Rp161,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu atau turun 3,8%. 

“Namun, angka tersebut belum memasukkan kompensasi yang akan dihitung pada semester II/2024. Guna untuk menghindari defisit APBN, pemerintah berencana melaksanakan pembatasan BBM bersubsidi mulai 17 Agustus 2024, dengan tujuan mengurangi jumlah pemakaian BBM subsidi,” tutur Ibrahim.  

Untuk mengatur penyaluran BBM bersubsidi, pemerintah mengeluarkan Peraturan Nomor 2 Tahun 2023, yang menetapkan bahwa pembeli BBM bersubsidi harus memiliki surat rekomendasi dari pemerintah daerah, kepala pelabuhan, lurah, atau kepala desa.

Ibrahim menilai defisit APBN menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam menjaga stabilitas keuangan dan keseimbangan anggaran negara. Adapun defisit APBN 2024 diproyeksikan akan lebih besar dari target yang telah ditetapkan. 

“Sehingga, dengan pengetatan penggunaan BBM subsidi, biaya subsidi bisa ditekan, alhasil pemerintah semakin dapat menghemat APBN 2024 dan berencana mendorong penggunaan bioetanol sebagai alternatif pengganti bensin,” pungkasnya. 

Pada perdagangan akhir pekan, Jumat (12/7/2024), Ibrahim memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup menguat pada rentang Rp16.140 – Rp16.230 per dolar AS. 

---------------------------

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper