Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kans IHSG Semester II/2024, Katalis The Fed dan Pemerintahan Baru

IHSG Semester II/2024 dibayangi suku bunga The Fed dan transisi pemerintahan baru.
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Prospek pasar saham pada semester II/2024 masih dibayangi tekanan seperti ketidakpastian suku bunga oleh Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) hingga transisi pemerintahan baru.

Adapun pada Jumat (28/6/2024) atau akhir perdagangan semester I/2024, IHSG terpantau menguat 1,37% atau 95,62 poin ke level 7.063,57. Meskipun demikian, sepanjang tahun berjalan IHSG masih terkoreksi 2,88% secara year-to-date (YtD).

Pada saat yang sama, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saham BEI sebesar Rp12,28 triliun atau telah melampaui target BEI sebesar Rp12,25 triliun tahun ini. Namun, investor asing justru terpantau melakukan aksi jual atau net sell dengan nilai jumbo Rp7,72 triliun secara YtD.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho mengatakan, keluarnya dana asing dari pasar keuangan Indonesia diiringi oleh pelemahan nilai tukar rupiah, turunnya IHSG, serta naiknya yield obligasi negara.

"Hal itu juga tak lepas dari faktor eksternal seperti masih tingginya suku bunga The Fed serta ketegangan geopolitik yang belum mereda," ujar Adityo kepada Bisnis, (28/6/2024).

Selain itu, menurutnya faktor dari dalam negeri juga cukup menjadi pemberat, yakni periode transisi ke pemerintahan baru yang membuat investor masih penuh tanda tanya mengenai keberlanjutan kebijakan fiskal yang pruden pada pemerintahan mendatang.

Adapun pada Senin (24/6), Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo-Gibran menjelaskan terkait arah kebijakan fiskal pemerintahan mendatang.

Menurutnya, hal itu diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, serta berdampak positif terhadap rupiah dan IHSG.

"Untuk semester II/2024, Indonesia akan menyambut pemerintahan baru yang diharapkan menjadi sentimen positif. Sementara untuk sentimen global masih terkait penantian pelaku pasar akan suku bunga The Fed, serta hasil pemilu di Inggris dan Prancis yang diperkirakan akan mengubah konstelasi politik kedua negara," pungkas Adityo.

Senada, Head of Research InvestasiKu (Mega Capital Sekuritas) Cheril Tanuwijaya menambahkan, investor asing melakukan net sell karena rupiah melemah ditekan penguatan indeks dolar AS, serta adanya ketidakpastian suku bunga The Fed. 

Sejauh ini, Bank Sentral AS The Fed masih menahan suku bunga di kisaran 5,25%-5,5% dan mengisyaratkan hanya satu kali pemangkasan tahun ini.

Terlebih, sikap wait and see pasar terhadap pemerintahan baru dalam hal APBN, kabinet, serta kebijakannya juga berdampak ke pasar saham. Namun, dia masih optimistis IHSG mampu menguat.

"Kami masih melihat ruang penguatan IHSG hingga akhir 2024 ke level 7.500, di awal tahun sudah sempat ke level 7.450 sehingga masih masuk akal dan tidak ada revisi sejauh ini. Pada semester II ini harapannya The Fed bisa memangkas suku bunga sesuai perkiraan pasar sebanyak dua kali," ujar Cheril kepada Bisnis

Lebih lanjut Cheril mengatakan, terkait pemilu AS juga masih dicermati terkait kebijakan perang dagang dan tensi geopolitik, serta pemulihan ekonomi di China diharapkan bisa berlanjut. Dari domestik, pasar akan memperoleh kejelasan terkait kebijakan dan kabinet pemerintahan baru. 

"Sektor-sektor pilihan yang utama dari sektor consumer staples dan kesehatan karena keduanya cenderung defensif dan relatif minim pengaruhnya dari ketidakpastian suku bunga. Saham-saham pilihannya yaitu MYOR, ICBP, SILO, dan MIKA," pungkas Cheril.

-------------------------------- 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Thomas Mola
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper