Bisnis.com, JAKARTA – Proyeksi penurunan harga batu bara membuat Sinarmas Sekuritas menyarankan investor untuk menghindari saham di sektor tersebut pada semester II/2024.
Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas, Inav Haria Chandra, mengatakan saham batu bara telah menikmati momentum positif pada awal tahun ini. Namun, pada semester II/2024, dia merekomendasikan investor untuk menghindari saham batu bara.
“Sebisa mungkin hindari saham batu bara karena balik lagi, kami melihat tren harga batu bara ini bakal menurun ke depannya dan ekspektasi dari pasar sudah pricing dengan kenaikan harga yang terjadi selama satu semester ini,” ujarnya dalam diskusi daring, Senin (24/6/2024).
Kendati demikian, Inav mengatakan bahwa pelaku pasar bisa mencermati saham-saham batu bara yang memiliki diversifikasi bisnis di luar sektor sektor itu. Semisal, saham PT Harum Energy Tbk. (HRUM) dan PT United Tractors Tbk. (UNTR).
HRUM diketahui telah memulai diversifikasi portofolio bisnisnya ke komoditas tambang nikel. Hal yang sama juga ditempuh UNTR yang fokus pada bisnis pertambangan nikel dan emas.
“Jadi, UNTR sendiri sudah melakukan diversifikasi bisnis di gold mining dan juga nikel, dan dia juga memiliki posisi kas yang cukup baik. Mungkin, kalau top pick di saham batu bara terbatas hanya di UNTR dan HRUM,” tutur Inav.
Baca Juga
Sementara itu, melansir Bloomberg, harga batu bara kontrak Juli 2024 di ICE Newcastle melemah 1,67% ke level US$132,50 per metrik ton pada penutupan perdagangan Jumat (21/6/2024), serta melemah 1,96%. Adapun batu bara kontrak Agustus 2024 juga turun 2,17% ke US$135,50 per metrik ton, dan melemah 2,17% sepekan.
Terpisah, Head of Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi memperkirakan harga batu bara akan menguat pada semester II/2024. Secara historis, harga acuan batu bara menguat pada paruh kedua, terlebih jelang musim dingin di beberapa negara.
“Ini akan menjadi pendongkrak permintaan, terlebih jika alokasi ekspor emiten batu bara masih cenderung meningkat,” kata Audi kepada Bisnis, Jumat (21/6/2024).
Dia juga memandang penguatan harga saham emiten batu bara dapat terjadi karena dua hal. Pertama, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dinilai dapat meningkatkan kinerja batu bara karena alokasi ekspor emiten batu bara masih mendominasi.
Faktor kedua, meningkatnya permintaan dari India setelah beberapa wilayahnya mengalami gelombang panas. Hal ini ditambah dengan sanksi batu bara asal Rusia yang masih berlanjut oleh AS sehingga mendorong kenaikan harga batu bara.
---------------------------
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.