Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Saham dan Pergerakan IHSG Hari Ini, Jumat 14 Juni 2024

IHSG diproyeksi masih akan tertekan aksi jual investor asing akibat pelaku pasar masih berfokus pada kebijakan bernada hawkish The Fed.
Artha Adventy,Hafiyyan
Artha Adventy & Hafiyyan - Bisnis.com
Jumat, 14 Juni 2024 | 05:22
IHSG diproyeksi masih akan tertekan aksi jual investor asing akibat pelaku pasar masih berfokus pada kebijakan bernada hawkish The Fed. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
IHSG diproyeksi masih akan tertekan aksi jual investor asing akibat pelaku pasar masih berfokus pada kebijakan bernada hawkish The Fed. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA —  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi masih akan tertekan aksi jual investor asing akibat pelaku pasar masih berfokus pada kebijakan bernada hawkish The Fed.

Pada penutupan perdagangan Kamis (13/6) IHSG terpantau melemah 0,27% atau 18,53 poin ke level 6.831,56. Sementara itu, sepanjang tahun berjalan indeks komposit tercatat telah terkoreksi 6,07%.

Chief Economist of BCA Group David Sumual menyampaikan pelemahan IHSG tak lepas dari Langkah investor asing yang cenderung melakukan aksi jual saham di Indonesia dalam beberapa Waktu belakangan. Hal ini merupakan strategi pemindahan dana investor tersebut ke negara lain dengan valuasi yang lebih menarik.

"Misalnya ke China yang valuasinya dianggap sudah atraktif, setelah sell off tahun sebelumnya. Bursa India juga yang bobot MSCI-nya juga merangkak naik, apalagi Pemilunya juga relatif sukses," paparnya kepada Bisnis, Kamis (13/6/2024).

David juga mengomentari pandangan Morgan Stanley soal outlook underweight terhadap pasar saham Indonesia. Menurutnya aksi investor asing temporer dan hanya keputusan taktis sementara.

Senada, Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan saat ini asing secara konsisten mencatatkan jual bersih yang membuat IHSG sulit rebound lebih tinggi dalam waktu dekat. Sentimen market regional yaitu data CPI AS yang lebih rendah tidak dapat menopang rebound IHSG. 

“Kiblat pasar saat ini mau tak mau harus diakui berasal dari AS, terlebih dalam kaitannya dengan kebijakan moneter The Fed yang masih kental bernarasi hawkish. Selain itu, pasar saham Indonesia seolah kehilangan daya tariknya secara asing meragukan ketahanan fiskal Indonesia,” kata Liza kepada Bisnis, Kamis (13/6/2024).

Di sisi lain, IHSG semakin tertekan oleh sentimen domestik yaitu kebijakan FCA atau full call auction. Liza mengatakan IHSG dihadapkan dengan batu sandungan FCA yang dikenakan kepada saham indeks mover berkapitalisasi besar seperti PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN). 

Hal tersebut karena pasar khawatir dengan masalah likuiditas atas saham BREN. Maka tak heran, kata Liza, gerakannya jadi sangat volatil belakangan hari ini dan membuat IHSG menjadi roller coaster. 

“Sedangkan di sektor lain yang lebih stabil seperti finansial atau saham blue chip lainnya juga belum ada katalis yang benar-benar bisa menopang IHSG,” kata dia. 

Secara teknikal, Liza menyebut belum begitu yakin IHSG menemukan supportnya di sekitar posisi saat ini meski terdapat potensi pelemahan terbatas atau limited downside potential di area 6.800-6.750 berkat indikator RSI positive divergence. 

“Artinya walau IHSG terus membuat new Low belakangan hari ini tapi sepertinya buying momentum mulai picking-up,” tambahnya. 

Dihubungi terpisah, Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus menyebutkan saat ini penurunan suku bunga The Fed cenderung di bawah ekspektasi. Hal tersebut karena awalnya pasar memperkirakan akan turun sebanyak 3 kali tahun ini menjadi hanya 1 kali. 

“Jadi dengan penurunan 1x dan opini Jerome Powell yang mengatakan bahwa perlu konfirmasi lebih jauh untuk menurunkan suku bunga, maka ini menjadi pertimbangan pasar,” kata Angga kepada Bisnis. 

Angga menjelaskan saat ini, investor asing masih terlihat mencatatkan aksi jual di saham perbankan selain karena suku bunga The Fed namun terkait juga pelemahan rupiah. Dia mengatakan kondisi suku bunga yang lebih tinggi dalam waktu lama (higher for longer) maka investor akan berlomba masuk ke aset yang berisiko kecil seperti obligasi. 

Sementara untuk IHSG sendiri, Angga memproyeksikan pergerakannya sekitar area 6.700-6.800 sampai 7.100 sampai akhir tahun nanti. 

“Untuk naik kembali ke 7.400 perlu katalis fundamental positif agar dapat naik ke level lagi,” kata dia.

Angga merekomendasikan saham perbankan dengan valuasi yang cukup rendah serta saham-saham yang bagi dividen tiap tahun. Saham tersebut mungkin dapat dicicil secara bertahap.

“Ada banking yaitu BBRI, BBCA, BBNI, BMRI, serta ADRO dan PTBA yang rutin membagi dividen,” kata dia.

Investor juga perlu menghindari saham-saham yang beban keuangan besar di laporan keuangan karena akan terbebani suku bunga tinggi seperti saham telekomunikasi, dan pertambangan dengan jumlah liabilitas yang besar. 

Senada Liza juga mengatakan untuk memperhatikan saham-saham perbankan seperti BBRI, BMRI, BBNI, BBCA yang akan rebound secara teknikal. 

“Untuk sektor komoditas intip MEDC dan lihat juga harga crude oil,” pungkas Liza.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.


Penulis : Artha Adventy & Hafiyyan
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper