Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Menguat Level Rp16.285 Meski Dolar AS Naik Respons The Fed

Rupiah pagi ini menguat 9,50 poin atau 0,06% menuju level Rp16.285 per dolar AS meski The Fed menahan suku bunga acuan.
Rupiah pagi ini menguat 9,50 poin atau 0,06% menuju level Rp16.285 per dolar AS meski The Fed menahan suku bunga acuan. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Rupiah pagi ini menguat 9,50 poin atau 0,06% menuju level Rp16.285 per dolar AS meski The Fed menahan suku bunga acuan. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan Kamis (13/6/2024) dan menyentuh level Rp16.285. Pelemahan itu terjadi di tengah greenback yang mencatatkan kenaikan.

Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 9,50 poin atau 0,06% menuju level Rp16.285 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS meningkat 0,12% ke posisi 104,77.

Sementara itu, mata uang lain di Asia mayoritas dibuka menguat. Won Korea, misalnya mengalami penguatan 0,28%, yuan China sebesar 0,03%, dan ringgit Malaysia 0,25%. Lalu baht Thailand dan rupee India menguat 0,13% serta 0,01%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan indeks dolar stabil di dekat level tertinggi selama sebulan terakhir, setelah rebound dalam beberapa sesi.

Menurunya, hal tersebut dikarenakan para pelaku pasar tengah mengantisipasi isyarat dari pertemuan The Fed yang berlangsung selama dua hari dan berakhir pada Rabu. Diperkirakan bank sentral AS tidak mengubah suku bunga acuannya saat ini.

“Namun, setiap sinyal mengenai keputusan suku bunga di masa depan akan diawasi dengan ketat, terutama di tengah spekulasi mengenai potensi penurunan suku bunga pada bulan September,” ujar Ibrahim dalam publikasi riset, Rabu (12/6/2024).

Para pelaku pasar, lanjutnya, juga mewaspadai kemungkinan sikap hawkish dari The Fed, mengingat inflasi yang tinggi dan kuatnya pasar tenaga kerja.

Selain itu, data inflasi China juga menimbulkan kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi di negara ini. Meskipun inflasi indeks harga produsen menyusut, inflasi indeks harga konsumen tumbuh kurang dari perkiraan dan hampir tak berada di luar wilayah kontraksi.

“Angka tersebut menunjukkan bahwa belanja konsumen, yang merupakan pendorong utama perekonomian China masih lemah, bahkan ketika aktivitas pabrik meningkat,” tuturnya.

Dalam perkembangan lain, para ekonom menyambut baik pernyataan Bank Dunia yang kembali menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini karena ekspansi AS yang kuat.

Namun, Bank Dunia memperingatkan perubahan iklim, perang, dan utang yang tinggi akan merugikan negara-negara miskin yang menjadi tempat tinggal sebagian besar penduduk dunia.

Bank Dunia menaikkan proyeksinya menjadi 2,6% dari 2,4% pada Januari. Menandakan akhir dari setengah dekade terburuk dalam pertumbuhan perdagangan sejak 1990-an.

“Proyeksi naiknya pertumbuhan ekonomi global ini akan berdampak positif terhadap perekonomian Asia Tenggara, terutama Indonesia yang diperkirakan oleh pemerintah dan Bank Indonesia berada di kisaran 5,11% secara tahunan,” ucap Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper