Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pertambangan logam BUMN, PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam akan melangsungkan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) dengan agenda pembagian dividen pada hari ini Rabu (8/5/2024).
Direktur Utama Aneka Tambang Nicolas D. Kanter sebelumnya berasumsi Kementerian BUMN akan menuntut lebih banyak dividen lagi pada 2023.
“Saya berasumsi BUMN mengejar, dia mau dong, kalau saya juga jadi menteri saya akan tunjukin kinerja tahun ini dengan memberikan kontribusi bagi negara terbesar,” ujarnya.
Sebagai catatan, Antam membukukan penjualan Rp41,04 triliun pada 2023. Realisasi itu turun 10,63% dari Rp45,93 triliun periode 2022.
Sejalan dengan penurunan pendapatan, ANTM laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp3,07 triliun atau turun 19,45% secara tahunan.
Dalam agenda RUPST Antam (ANTM), terdapat tujuh mata acara. Adapun, salah satu mata acara yang dinantikan oleh para pemegang saham ANTM yakni persetujuan penggunaan laba bersih tahun buku 2023 seperti dividen.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, Antam tidak pernah absen membagikan dividen kepada para pemegang saham ANTM yang berhak dalam 5 tahun berakhir.
Untuk tahun buku 2023, Manajemen Antam membagikan 50% atau sekitar Rp1,9 triliun dari laba bersih periode 2022 sebagai dividen. Alhasil, pemegang saham ANTM yang berhak mendapatkan jatah Rp79,50 per lembar atau naik dari Rp38,73 untuk tahun buku 2021.
Dalam laman resminya, Antam menjelaskan bahwa perseroan memiliki kebijakan untuk membagikan dividen tunai kepada pemegang saham ANTM setidaknya satu kali setahun.
“Sejak penawaran umum perdananya di tahun 1997, Antam mempertahankan rasio pembayaran dividen terhadap laba bersih minimum 30% kecuali rapat umum pemegang saham memutuskan lain,” tulis Manajemen Antam dikutip, Rabu (8/5/2024).
Harga Emas Masih akan Meningkat
Sementara itu, Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan jika penahanan suku bunga oleh The Fed di kisaran 5,25% hingga 5,50% menjadi indikasi harga emas masih solid ke depan. Hal itu karena investor terus menilai keputusan kebijakan Federal Reserve baru-baru ini, dan memberi sinyal bahwa mereka masih condong ke arah potensi penurunan suku bunga namun lebih kecil.
Namun, dia juga menyatakan bahwa para gubernur bank sentral sedang mencari kepastian yang lebih besar bahwa inflasi menurun. Sementara proyeksi masih mengindikasikan penurunan inflasi sepanjang tahun ini, dia mengakui adanya penurunan tingkat kepercayaan diri dibandingkan sebelumnya.
“Saya melihat dalam beberapa minggu terakhir, para trader telah mengurangi ekspektasi mereka untuk penurunan suku bunga pertama The Fed tahun ini, dipengaruhi oleh data ekonomi yang kuat dan inflasi yang terus-menerus. Para investor kini menantikan laporan nonfarm payrolls AS yang akan dirilis pada hari Jumat,” kata dia kepada Bisnis.
Adapun laporan keuangan kuartalan menunjukkan kinerja ANTM yang anjlok baik dari sisi operasional maupun keuangan. Tercatat, pendapatan ANTM di kuartal I/2024 sebesar Rp8,82 triliun atau lebih rendah 25,63% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$11,59 triliun. Pendapatan yang tergerus ini menjadi penyebab ambrolnya laba bersih sebesar 85,66% menjadi Rp234,37 miliar, padahal pada kuartal I/2023 ANTM mampu mencetak laba bersih sebesar rp1,66 triliun.
Penurunan kinerja keuangan sejalan dengan kinerja operasional ANTM. Sekretaris perusahaan ANTM, Faisal Alkadrie menyebutkan ANTM mengklaim masih dihadapkan pada kondisi geopolitik-ekonomi global yang penuh ketidakpastian serta fluktuasi harga komoditas. Hal ini juga memicu aktivitas perdagangan spekulatif di pasar nikel global yang berdampak pada volatilitas penurunan harga nikel.
“Kondisi oversupply produk Nickel kelas 2 (feronikel dan NPI) menyebabkan harga jual produk Nickel kelas 2 mengalami penurunan,” kata Faisal.
Felix menyebutkan khusus untuk ANTM memang dari kinerja relatif di bawah estimasi. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan dari volume yang menyusut akibat tertundanya perolehan izin pada Maret 2024. ANTM disebut berencana untuk memulai realisasi izin tersebut pada kuartal II/2024.
Selain bergantung pada volume produksi, kinerja ANTM disebut bergantung terhadap permintaan nikel ke depannya seiring dengan permintaan di pasar China dan juga domestik. Panin Sekuritas masih merekomendasikan beli untuk dua emiten emas yakni ANTM dan MDKA. ANTM memiliki target sebesar Rp2.200 sementara MDKA di posisi Rp3.300 per saham.