Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka turun ke level Rp16.265 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Selasa (30/4/2024). Saat ini fokus pasar tertuju pada pertemuan The Fed 1 Mei 2024.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah dibuka turun 0,06% atau 10 poin ke posisi Rp16.265 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar terpantau naik 0,25% ke level 105.710.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang turun 0,33%, dolar Hong Kong 0,01%, dolar Singapura melemah 0,10%, rupee India melemah 0,15%, yuan China melemah 0,17%, ringgit Malaysia turun 0,04% dan baht Thailand melemah 0,24%.
Sementara mata uang yang naik adalah won Korea naik 0,03% dan peso Filipina naik 0,30%.
Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan mata uang rupiah bergerak fluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp16.230-Rp16.290 per dolar AS.
Hal tersebut didasari oleh greenback mempertahankan kenaikan yang kuat untuk bulan April, setelah sebagian besar pedagang mengabaikan sebagian besar ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal oleh The Fed. Pertaruhan ini muncul pada hari Jumat setelah data indeks harga PCE ukuran inflasi pilihan The Fed lebih tinggi dari perkiraan untuk bulan Maret.
Baca Juga
Fokus minggu ini tertuju pada pertemuan Fed. Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil dan berpotensi menawarkan pandangan hawkish, mengingat masih kakunya inflasi AS baru-baru ini.
“Prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama menjadi pertanda buruk bagi pasar Asia, sebuah gagasan yang membuat sebagian besar mata uang regional berada pada kisaran yang ketat pada hari Senin," kata Ibrahim, dikutip Selasa (30/4/2024).
Selain itu, para pedagang melampiaskan kekecewaan mereka bahwa BOJ yang mempertahankan pengaturan kebijakannya tidak berubah pada minggu lalu, sambil menawarkan sedikit petunjuk mengenai pengurangan pembelian obligasi pemerintah Jepang (JGB) sebuah langkah yang menurut beberapa pedagang akan terjadi.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 bps menjadi 6,25%, demi memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Meski demikian, BI tetap memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi di 2024 akan masih berada dalam kisaran 4,7%-5,5%. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I dan II 2024 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan kuartal IV/2023 lalu.
Menurut Ibrahim, terdapat beberapa dampak dari policy rate BI. Salah satunya untuk memperkuat stabilitas nilai tukar. Selain itu, kenaikan BI Rate sengaja dilakukan sebagai langkah pre-emptive antisipasi untuk mencegah suatu hal yang tidak diinginkan, serta kebijakan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5%, dengan kurang lebih 1% pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability.