Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp16.255 pada perdagangan hari ini, Senin (29/4/2024). Rupiah melemah bersama mayoritas mata uang Asia lainnya.
Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,28% ke Rp16.255 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,30% ke 105,62.
Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia ditutup bervariasi. Yen Jepang naik 1,69%, dolar Singapura naik 0,22%, dolar Taiwan naik 0,03%, won Korea Selatan turun 0,20%, dan peso Filipina turun 0,02%.
Kemudian rupee India turun 0,11%, yuan China stagnan, ringgit Malaysia melemah 0,09%, dan baht Thailand turun 0,16%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya hari ini mengatakan greenback mempertahankan kenaikan yang kuat untuk bulan April, setelah sebagian besar pedagang mengabaikan sebagian besar ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal oleh The Fed. Pertaruhan ini muncul pada hari Jumat setelah data indeks harga PCE ukuran inflasi pilihan The Fed lebih tinggi dari perkiraan untuk bulan Maret.
Fokus minggu ini tertuju pada pertemuan Fed. Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil dan berpotensi menawarkan pandangan hawkish, mengingat masih kakunya inflasi AS baru-baru ini.
Baca Juga
"Prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama menjadi pertanda buruk bagi pasar Asia, sebuah gagasan yang membuat sebagian besar mata uang regional berada pada kisaran yang ketat pada hari Senin," kata Ibrahim, Senin (29/4/2024).
Selain itu, para pedagang melampiaskan kekecewaan mereka bahwa BOJ yang mempertahankan pengaturan kebijakannya tidak berubah pada minggu lalu, sambil menawarkan sedikit petunjuk mengenai pengurangan pembelian obligasi pemerintah Jepang (JGB) sebuah langkah yang menurut beberapa pedagang akan terjadi.
Dari dalam negeri, Bank Indoneia telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 bps menjadi 6,25%, demi memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Meski demikian, BI tetap memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi di 2024 akan masih berada dalam kisaran 4,7%-5,5%. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I dan II 2024 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan kuartal IV/2023 lalu.
Menurutnya Ibrahim, terdapat beberapa dampak dari policy rate BI. Salah satunya untuk memperkuat stabilitas nilai tukar.
Selain itu, kenaikan BI Rate sengaja dilakukan sebagai langkah pre-emptive antisipasi untuk mencegah suatu hal yang tidak diinginkan, serta kebijakan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5%, dengan kurang lebih 1% pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability.
Untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah bergerak fluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp16.230-Rp16.290.