Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Berpeluang Lanjut Menguat Usai BI Rate Naik, Cermati Saham AKRA, BRMS & SIDO

IHSG berpeluang lanjut menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (25/4/2024) usai BI rate naik jadi 6,25%. MNC Sekuritas rekomendasikan saham AKRA, BRMS, SIDO.
IHSG berpeluang lanjut menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (25/4/2024) usai BI rate naik jadi 6,25%. MNC Sekuritas rekomendasikan saham AKRA, BRMS, SIDO. Bisnis/Himawan L Nugraha
IHSG berpeluang lanjut menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (25/4/2024) usai BI rate naik jadi 6,25%. MNC Sekuritas rekomendasikan saham AKRA, BRMS, SIDO. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang lanjut menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (25/4/2024), usai Bank Indonesia (BI) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25%. Analis merekomendasikan saham tambang AKRA, BRMS hingga SIDO hari ini.

Tim analis MNC Sekuritas menyatakan IHSG menguat 0,90 ke level 7.174 pada penutupan perdagangan kemarin, Rabu (24/4/2024), yang masih didominasi oleh volume pembelian. Selama IHSG masih mampu berada di atas 7.026 sebagai support terdekatnya, maka posisi IHSG diperkirakan sedang berada di awal wave B dari wave (2).

"Hal tersebut berarti IHSG hari ini berpeluang melanjutkan penguatannya untuk menguji rentang area 7.189 hingga 7.290," kata Tim Analis MNC Sekuritas dalam riset harian.

Adapun, pada perdagangan hari ini, MNC sekuritas menyebut, level support IHSG akan berada di kisaran 7.022, 6.958, sedangkan level resistansi berada pada rentang 7.152, 7.238.

Saham-saham yang menjadi rekomendasi MNC Sekuritas pada perdagangan hari ini adalah:

AKRA - Buy on Weakness

Saham AKRA terkoreksi 0,56% ke 1,790 disertai munculnya volume penjualan. Selama AKRA masih mampu berada di atas 1,655 sebagai stoplossnya, maka posisi AKRA saat ini diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave (iii) dari wave [iii], sehingga koreksi AKRA relatif terbatas.

  • Buy on Weakness: 1,735-1,785
  • Target Price: 1,900, 1,945
  • Stoploss: below 1,655

BRMS - Buy on Weakness

Saham BRMS menguat 0,65% ke 156 dan masih didominasi oleh volume pembelian. Saat ini, posisi BRMS diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave c dari wave (ii), sehingga BRMS rawan terkoreksi dan dapat dimanfaatkan untuk BoW.

  • Buy on Weakness: 144-152
  • Target Price: 164, 183
  • Stoploss: below 138

INKP - Buy on Weakness

Saham INKP menguat 1,03% ke 9,825 disertai munculnya volume pembelian. Saat ini, posisi INKP diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave (v) dari wave [c], sehingga INKP masih berpeluang melanjutkan penguatannya.

  • Buy on Weakness: 9,575-9,725
  • Target Price: 10,175, 10,450
  • Stoploss: below 9,300

SIDO - Buy on Weakness

Saham SIDO menguat 0,7% ke 720 dan masih didominasi oleh volume pembelian. Selama SIDO masih mampu berada di atas 645 sebagai stoplossnya, maka posisi SIDO saat ini diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave [iii] dari wave C.

  • Buy on Weakness: 675-700
  • Target Price: 745, 770
  • Stoploss: below 645


Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%. Kenaikan ini merupakan yang pertama kalinya sejak kenaikan terakhir pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin menjadi 6%.

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%,” katanya dalam konferensi pers hasil RDG BI, Rabu (24/4/2024).

Perry menyampaikan kenaikan suku bunga ini dipertimbangkan BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak memburuknya risiko global.

Hal ini juga sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability. 

Perry menjelaskan, di sisi global, dinamika ekonomi keuangan berubah sangat cepat dengan risiko dan ketidakpastian yang meningkat.

Perkembangan ini utamanya disebabkan oleh perubahan arah kebijakan moneter AS dan memburuknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, salah satunya konflik Iran vs Israel.

__________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ibad Durrohman
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper