Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah saham big cap seperti BBCA-BMRI melaju kencang dan mendorong IHSG setelah keputusan BI perihal suku bunga acuan.
Bank Indonesia (BI) akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-24 April 2024 di saat anjloknya nilai tukar rupiah.
Pada perdagangan Rabu (24/4/2024) pukul 15.03 WIB, IHSG naik 0,73% atau 51,76 poin menjadi 7.162,58. Sepanjang sesi indeks bergerak di rentang 7.126,85-7.191,17.
Terpantau 260 saham naik, 303 saham turun, dan 209 saham stagnan. Sejumlah saham terlaris yang mendorong IHSG ialah BBCA naik 1,54%, BMRI naik 1,83%, BUMI 3,88%, AMMN 1,96%, UNTR 0,50%, TPIA 1,37%, BREN 8,56%, dan GOTO 4,92%.
Sementara itu, setelah RDG BI, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkap alasan Dewan Gubernur BI menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% pada April 2024.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23 dan 24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate 25 basis poin menjadi sebesar 6,25%,” ujarnya dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (17/1/2024).
Baca Juga
Dengan demikian, suku bunga Deposit Facility naik menjadi sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility naik menjadi 7,00%.
Perry mengatakan keputusan menaikkan suku bunga untuk memperkuat stabilitas rupiah dari kemungkinan membuturuknya risiko global serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025
"Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, BI terakhir kali menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate, yaitu pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin.
Konsensus ekonom yang dihimpun Bloomberg untuk pertama kalinya sejak tahun lalu mulai terpecah. Dari 41 ekonom, 11 di antaranya memperkirakan bank sentral menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%.
Dari kalangan dunia usaha, tentu sangat berharap adanya pelonggaran suku bunga acuan dalam rangka mendukung momentum pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil.
Hasil survei menggarisbawahi bagaimana batasan untuk penurunan suku bunga semakin tinggi di negara-negara berkembang di Asia karena penguatan dollar AS dan guna menghindari risiko mendatangkan 'malapetaka' pada mata uang-mata uang di kawasan ini.
Tekanan ini bahkan lebih besar bagi BI, yang mandat utamanya adalah memastikan stabilitas mata uang rupiah dan sangat sensitif terhadap perubahan sentimen investor asing.