Bisnis.com, JAKARTA — Emiten kimia PT Essa Industries Indonesia Tbk. (ESSA) mencatatkan kenaikan laba bersih sepanjang kuartal I/2024. Laba bersih melonjak 227% saat pendapatan turun 15,96%.
Corporate Secretary Essa Industries Indonesia Shinta Siringoringo menjelaskan, harga realisasi amoniak ESSA mengalami penurunan sebesar 51% YoY atau dari US$708 per metrik ton menjadi rata-rata US$344 per metrik ton pada kuartal I/2024.
"Peningkatan volume produksi dan penurunan biaya berkontribusi pada peningkatan EBITDA," kata Shinta dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (23/4/2024).
Penurunan harga Amoniak, dipicu oleh masalah geopolitik di Timur Tengah dan kawasan Laut Merah pada awal 2024, yang mencapai titik terendahnya pada bulan Maret 2024, dan selanjutnya menunjukkan tren peningkatan.
ESSA memperkirakan harga amoniak akan tetap berada pada level yang serupa dengan 2023. Sementara itu, harga LPG menunjukkan peningkatan yang cukup kuat di tengah pemotongan produksi minyak negara – negara anggota OPEC+.
Untuk harga LPG, ESSA mencatatkan harga LPG sebesar US$625 per metrik ton sepanjang kuartal I/2024 dari sebelumnya US$684 per metrik ton periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga
Seperti yang diketahui, ESSA mengalami penurunan pendapatan sebesar 15,96% menjadi US$73,82 juta atau sekitar Rp1,17 triliun (kurs jisdor Rp15.873) dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$87,84 juta.
Rinciannya, pendapatan tersebut terdiri dari penjualan amonia kepada pihak berelasi sebesar US$62,77 juta, penjualan elpiji kepada pihak ketiga sebesar US$10,21 juta, dan jasa pengolahan bagi pihak ketiga sebesar US$825.764.
Sementara itu, beban pokok pendapatan mencapai US$46,69 juta atau setara dengan Rp714,12 miliar, menurun dari periode kuartal I/2023 yang mencatatkan beban sebesar US$69,43 juta.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai US$10,21 juta atau sekitar Rp162,06 miliar. Laba ESSA mengalami peningkatan sebesar 227,96% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$3,11 juta.