Bisnis.com, JAKARTA — Emiten TP Rachmat dan Boy Thohir, PT Essa Industries Indonesia Tbk. (ESSA) mencatatkan pendapatan sebesar US$73,82 juta atau setara dengan Rp1,17 triliun sepanjang kuartal I/2024 (kurs jisdor Rp15.873).
Berdasarkan laporan keuangan, ESSA mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 15,96% menjadi US$73,82 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$87,84 juta.
Secara lebih rinci, pendapatan tersebut ditopang oleh penjualan amonia dengan pihak berelasi sebesar US$62,77 juta, penjualan elpiji dengan pihak ketiga sebesar US$10,21 juta dan jasa pengolahan pihak ketiga sebesar US$825.764.
Kemudian, beban pokok pendapatan tercatat sebesar US$46,69 juta atau setara Rp714,12 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan beban periode kuartal I/2023 yang tercatat sebesar US$69,43 juta.
Dengan penurunan beban pokok tersebut, laba kotor ESSA tercatat naik meski pendapatan turun. Laba kotor tercatat sebesar US$27,12 juta atau setara dengan Rp430,61 miliar. Laba tersebut naik sebesar 47,34% dibandingkan dengan kuartal I/2023 sebesar US$18,41 juta.
Setelah dikurangi beban pajak dan lainnya, laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk tercatat sebesar US$10,21 juta atau setara dengan Rp162,06 miliar. Laba ESSA naik 227,96% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,11 juta.
Baca Juga
Sementara itu, ESSA mencatatkan liabilitas sebesar US$172,89 juta per 31 Maret 2024. Posisi tersebut turun dibandingkan periode akhir 2023 yang tercatat sebesar US$197,69 juta. Lebih rinci, liabilitas jangka panjang tercatat sebesar US$66,42 juta dan liabilitas jangka pendek sebesar US$106,47 juta.
Adapun total ekuitas per kuartal I/2024 tercatat sebesar US$510,35 juta lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir 2023 yang tercatat sebesar US$497,74 juta. Alhasil, total aset ESSA tercatat sebesar US$683,25 juta atau lebih rendah dibanding akhir 2023 sebesar US$695,44 juta.