Bisnis.com, JAKARTA – Indo Premier Sekuritas menilai PT ESSA Industries Indonesia Tbk. (ESSA) akan mampu membalikkan kinerjanya menjadi tumbuh solid jika ekspansi ke bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) dan pelipatgandaan kapasitas amonia mampu dilakukan.
Riset yang ditulis Reggie Parengkuan dan Ryan Winipta dari Indo Premier Sekuritas menyatakan ESSA tengah mengalami tekanan kinerja sepanjang semester I/2025 disebabkan penurunan average selling price (ASP) amonia yang lebih rendah dari perkiraan. Produk hulu untuk pupuk hingga bahan peledak itu turun ke level US$313/ton, terkoreksi 8% YoY.
Seperti dilaporkan Bisnis sebelumnya, ESSA pada semester I/2025 mencatatkan laba bersih periode tahun berjalan yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$14,84 juta. Laba bersih itu terkoreksi 22,31% year on year (YoY) dibanding US$19,11 juta dalam periode yang sama tahun lalu.
"Risiko penurunan utama adalah lemahnya permintaan LNG di Asia akibat aktivitas ekonomi yang lemah dan potensi penundaan proyek," dikutip dari riset, Rabu (6/8/2025).
Menilik laporan keuangan perusahaan, pendapatan ESSA dalam semester I/2025 terkoreksi 9,25% YoY dari US$151,61 juta menjadi US$137,59 juta. Bila dibedah, pendapatan amonia turun 9,96% YoY menjadi US$116,11 juta, pendapatan LPG turun 5,39% YoY jadi US$19,76 juta, dan pendapatan jasa pengolahan tergerus 2,97% menjadi US$1,72 juta.
Saat yang sama, beban pokok pendapatan naik tipis 0,03% YoY menjadi US$99,50 juta. Alhasil, laba kotor ESSA di paruh pertama 2025 mengecil 26,96% YoY menjadi US$38,08 juta.
Baca Juga
Meskipun nilai penjualan merosot, dalam kuartal II/2025 ini produksi amonia pulih menjadi 182.000 ton, tumbuh 8% secara kuartalan (Q-to-Q), dengan tingkat utilisasi sebesar 112%. Penggunaan pabrik hingga melewati kapasitas maksimum tersebut terjadi meski ada perawatan yang sedang berlangsung di ladang gas Senoro-Toili yang diperkirakan selesai pada kuartal III/2025.
Dalam periode ini, ASP amonia tercatat lebih rendah mencapai US$288/ton, turun 16% QoQ. Sedangkan, harga acuan Fertecon turun lebih rendah sekitar 12% QoQ. Alhasil, margin kotor untuk penjualan amonia turun menjadi 22% QoQ.
"Secara keseluruhan, volume sesuai ekspektasi namun ASP berada di bawah estimasi kami," tulis riset tersebut.
Sedangkan untuk LPG, terjadi kenaikan penjualan menjadi 17.000 ton pada kuartal II/2025, tumbuh 12% QoQ. ASP LPG relatif stabil di level US$611/ton, dan menjadi kejutan positif mengingat harga acuan CP Aramco turun 5% QoQ. Margin kotor penjualan LPG turun signifikan menjadi 30% QoQ. Secara keseluruhan, volume penjualan LPG ini sedikit di bawah estimasi Indo Premier Sekuritas, dan ASP berada di dalam koridor proyeksi.
Saat ini, pemegang saham terbesar ESSA adalah publik dengan kepemilikan 54,07%, selanjutnya Chander Vinod Laroya (16,38%), Garilbaldi Thohir (14,55%), PT Akraya International (7,84%), Theodore Permadi (TP) Rachmat (7,15%), serta Arif Rachmat (0,01%)