Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pelat merah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) tercatat menghabiskan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp5,1 triliun sepanjang tiga bulan pertama 2024.
Dalam info memonya, Telkom menuturkan secara strategis menginvestasikan Rp5,1 triliun capex untuk memperkuat infrastruktur jaringannya dan meningkatkan pengalaman pelanggan. Jumlah tersebut setara dengan 13,6% dari total pendapatan TLKM.
"Sejalan dengan strategi FMC, Telkom memprioritaskan optimalisasi nilai sinergi dari capex di seluruh jaringan akses, back bone, dan sistem IT untuk efisiensi yang lebih baik," tulis manajemen TLKM, dikutip Senin (22/4/2024).
Dia melanjutkan investasi strategis ini mendanai proyek-proyek signifikan sepanjang periode, termasuk penyebaran base trasceiver station (BTS) 4G dan 5G, serta pendirian satelit berkecepatan tinggi atau high-throughput satellite (HTS) di titik orbit timur 113.
Proyek signifikan lainnya adalah pembangunan kabel bawah laut internasional, serta pengembangan pusat data hyperscale di Cikarang dan Batam.
Lebih lanjut, manajemen menuturkan TLKM memulai strategi 5 bold move untuk membangun keunggulan kompetitif di bidang konektivitas digital, platform digital, dan layanan digital. Strategi ini bertujuan untuk memperkuat posisi TLKM sebagai perusahaan telekomunikasi digital kelas dunia.
Baca Juga
Dengan memiliki strategi ini, Grup Telkom dapat mendiversifikasi dan memperluas pangsa pasarnya ke bisnis B2B, sambil mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar Telco B2C.
"Kami berpendapat strategi 5 bold moves dapat memaksimalkan peluang dan penciptaan nilai untuk grup," tulis TLKM.
Sebagai informasi, TLKM mencatatkan pendapatan sebesar Rp37,4 triliun pada kuartal I/2024. Pendapatan ini meningkat 3,71% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp36,09 triliun.
Pendapatan ini didorong oleh pendapatan internet dan data seluler sebesar Rp17,7 triliun, pendapatan telepon selular sebesar Rp1,58 triliun. Total pendapatan TLKM dari segmen consumer ini adalah Rp21,09 triliun.
Lalu pendapatan dari segmen konsumer sebesar Rp6,86 triliun, segmen enterprise sebesar Rp4,46 triliun, dan pendapatan Wholesale and International Business (WIB) sebesar Rp4,73 triliun.
Akan tetapi, total biaya dan beban TLKM meningkat menjadi Rp26,42 triliun di kuartal I/2024, dari sebelumnya sebesar Rp24,65 triliun pada kuartal I/2023.
TLKM mencatatkan laba usaha sebesar Rp11 triliun sepanjang kuartal I/2024, turun 3,7% dibandingkan kuartal I/2023 sebesar Rp11,43 triliun.
Alhasil, laba bersih TLKM ikut turun 5,78% menjadi Rp6,05 triliun pada tiga bulan pertama 2024. Laba bersih ini turun dari Rp6,42 triliun pada kuartal I/2023.
Research Analyst Deutsche Bank Peter Milliken dalam risetnya menjelaskan dengan persaingan di segmen mobile yang terjadi di XL Axiata dan Indosat, kombinasi dari peningkatan kualitas jaringan mereka dan pendapatan yang lebih rendah dari layanan data membuat pasar beralih dari Telkomsel. Hal ini kemungkinan akan menyebabkan tahun 2024 menjadi tahun yang lemah lagi bagi kinerja TLKM.
"Tetapi setidaknya Telkom memiliki jaringan yang kuat dan keunggulan keuangan yang membatasi pesaingnya untuk mengembangkan bisnis atau investasi mereka di area yang sama," tulis Milliken.
Adapun Deutsche Bank memberikan rating buy terhadap saham TLKM dengan target harga Rp4.300 per saham.